Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Snow White - Review

Gambar
Melanjutkan misi Disney membuat film live action dari setiap film animasi klasiknya, film *Snow White* adalah adaptasi dari film animasi *Snow White and the Seven Dwarfs* (1937). Putri Salju versi tahun 2025 ini juga sekaligus memberikan update yang sesuai dengan situasi modern, di mana perempuan bisa menjaga dirinya sendiri sekaligus mengalahkan tokoh antagonis. Ulasan: Putri Modern dengan Kontroversi Akting Pemilihan Rachel Zegler sebagai Putri Salju dan Gal Gadot sebagai Ratu Jahat memang menuai kontroversi. Rachel Zegler memang punya suara yang brilian dan menghidupkan setiap adegan musikal yang ada. Tapi menurut gue penampilannya masih kurang 100% sebagai seorang putri yang diperdaya untuk kemudian bisa melawan balik. Sementara Gal Gadot resmi menempatkan film ini sebagai akting terburuk dia. Terutama di setiap adegan musikal ketika dia harus menari dan bernyanyi. Gue cukup suka dengan pilihan akhir cerita yang berbeda jauh dengan versi tahun 1937....

Adolescence - Limited Series Review

Gambar
Sinopsis Adolescence adalah limited series Netflix berdurasi 4 episode yang mengangkat kisah seorang remaja yang dituduh membunuh teman sekolahnya. Namun alih-alih berfokus pada “siapa pelakunya”, serial ini justru memilih menguliti lapisan-lapisan sosial di balik tragedi tersebut: bullying di sekolah dan media sosial, pengaruh algoritma terhadap pembentukan pola pikir misoginis, rapuhnya relasi orangtua–anak, hingga trauma lintas generasi dalam pola asuh. Dengan pendekatan visual ekstrem berupa one continuous shot di setiap episode, Adolescence menjadi salah satu tontonan paling berani dan mengguncang secara emosional tahun ini. Ulasan Gue sepakat kalau Adolescence pantas banget masuk jajaran series terbaik tahun ini—meski jujur gue masih galau ngebandinginnya sama Severance Season 2. Cuma empat episode, tapi topik yang dibahasnya padat, berat, dan relevan banget dengan kondisi remaja sekarang. Bullying, misoginis, efek gelap algoritma dan media sosial, sampai kelalaian dalam parentin...

Jumbo - Review

Gambar
Ini dia film animasi karya anak bangsa dari rumah produksi Visinema yang paling ditunggu-tunggu di tahun ini. Tentu saja karena animasinya model 3D yang visualnya sekelas Pixar atau studio animasi Hollywood lainnya. Dikerjakan oleh 400 orang selama 5 tahun benar-benar membuahkan hasil yang luar biasa. Ulasan: Animasi Lokal Kualitas Hollywood Ceritanya sendiri gue cukup suka dan cenderung sederhana. Don yang dijuluki Jumbo oleh teman-temannya berniat ikut pentas tapi suatu hari dikejutkan oleh datangnya hantu anak wanita yang meminta bantuannya untuk mencari hantu orang tuanya. Jalan ceritanya seakan memberikan satu-dua misi kecil untuk Jumbo dan teman-teman, kemudian ditutup oleh misi terakhir yang paling sulit dan klimaks. Ketika duduk di dalam bioskop, gue langsung dibuat tercengang dan kagum oleh visual animasi yang ada di layar. Benar-benar membuat bangga Indonesia yang akhirnya bisa membuat film animasi sekelas ini. Gambarnya nggak hanya bagus dan mulus, tapi juga...

Novocaine - Review

Gambar
Novocaine adalah nama dari obat bius lokal yang biasa digunakan dokter gigi, tapi di film ini adalah julukan bagi karakter utama yang menderita sindrom super langka *Congenital Insensitivity to Pain*. Premisnya menarik sekali karena orang yang menderita sindrom ini tidak dapat merasakan rasa sakit. Di atas kertas ini seperti kekuatan manusia super, tapi sebenarnya di balik itu ada banyak penderitaan yang dialami oleh penderita. Salah satunya tidak bisa makan makanan solid karena secara tidak sengaja akan menggigit lidah sendiri. Ulasan: Aksi-Komedi Sadis yang Kocak Di samping fakta medis yang sedikit banyak dilempar lewat film ini, *Novocaine* jadi film aksi-komedi yang sangat menghibur. Beberapa kali gue dibuat ketawa ngakak oleh satu-dua adegan yang ada. Rasanya ini juga jadi satu-satunya film yang menampilkan adegan penyiksaan tapi penonton malah dibuat tertawa terbahak-bahak karenanya. Padahal adegannya sangat sadis dan grafis, tapi karena karakter utama kita tidak...

Severance Season 2 - Series Review

Gambar
Sinopsis Severance Season 2 adalah lanjutan serial sci-fi thriller psikologis dari Apple TV+ karya kreator Dan Erickon dan disutradarai Ben Stiller. Serial ini kembali mengangkat dunia perusahaan misterius Lumon Industries, tempat para karyawannya menjalani prosedur “severance”—pemisahan total antara ingatan dan kepribadian saat bekerja (innie) dan kehidupan di luar kantor (outtie). Jika Season 1 fokus pada pembentukan dunia dan aturan main yang ganjil sekaligus menegangkan, Season 2 memperluas konflik ke dunia luar Lumon, membuka lapisan demi lapisan rahasia, sekaligus menggali lebih dalam konsekuensi emosional, psikologis, dan eksistensial dari eksperimen tersebut. Ulasan Gue tanpa ragu menobatkan Severance Season 2 sebagai salah satu series terbaik tahun ini. Bahkan, menurut gue, S2 ini jauh lebih bagus daripada S1. Semua 10 episode-nya terasa solid—nggak ada yang kerasa filler, semuanya punya fungsi naratif yang kuat. Dan penutupnya? Finale-nya bener-bener PETJAAAHH. Tipe episode t...

Mickey 17 - Review

Gambar
Setelah mengetahui Bong Joon-ho akan mengadaptasi buku *Mickey7* karya Edward Ashton, gue menyempatkan diri untuk baca bukunya terlebih dahulu. Semua ini tentu karena ekspektasi berlebih setelah *Parasite* (2019) yang sukses besar baik di komersial maupun di berbagai penghargaan bergengsi. Apalagi sudah 6 tahun berlalu sejak Bong Joon-ho terakhir merilis filmnya, ditambah *Mickey 17* menandakan kembalinya Bong Joon-ho ke Hollywood sejak *Okja* (2017). Bong Joon-ho masih saja konsisten menelurkan film yang mencampuradukkan kotak-kotak genre yang selama ini kita tahu. Sulit untuk menempatkan *Mickey 17* ke dalam kotak genre konvensional; sci-fi iya, komedi iya, romansa juga iya. Yang jelas, film ini jelas dalam menyampaikan pesan tentang tidak etisnya teknologi kloning pada manusia. Tidak ketinggalan juga isu kelas sosial yang selalu ada dalam setiap film karya Bong Joon-ho, meski sangat tipis ada dalam *Mickey 17*. Ulasan: Bong Joon-ho dan Eksplorasi Kloning ...

No Other Land - Review

Gambar
Sinopsis *No Other Land* mengabadikan pengusiran warga desa Masafer Yatta oleh militer dan pemukim Israel di daerah Tepi Barat, Palestina. Basel Adra, ditemani oleh teman barunya Yuval Abraham mendokumentasikan setiap pengusiran ini dari tahun 2019 sampai dengan 2023. Nonton film dokumenter berdurasi 1 jam 32 menit ini jelas membuat darah mendidih dan emosi memuncak. Sulit untuk menahan nggak ikutan melempat batu ke layar melihat para tentara dan warga Israel yang semena-mena mengusir warga Palestina yang sudah tinggal di sana selama puluhan tahun. Film dokumenter *No Other Land* adalah salah satu film yang mendapat banyak piala di berbagai penghargaan dan festival sebagai film dokumenter terbaik. Puncaknya tentu di *Academy Awards 2025* di mana film ini membawa pulang piala Oscar di kategori *Best Documentary Feature*. Film ini juga menjadi film Palestina pertama yang membawa pulang piala Oscar. Satu lagi hal spesial yang ada dalam film ini adalah ini hasil kolaborasi an...

I'm Still Here - Review

Gambar
Sinopsis Film asal Brazil ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Marcelo Paiva yang menceritakan kisah nyata penghilangan paksa ayahnya di tahun 1971 oleh rezim militer akibat dituduh subversif dan komunis. Familiar dengan kisahnya? Betul sekali, Brazil yang dikudeta militer tahun 1964 memang termasuk dalam rangkaian kudeta pemerintahan di beberapa negara di seluruh dunia sebagai akibat langsung dari perang dingin Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Setelah perhelatan Academy Awards 2025 usai, memang layak I'm Still Here ditayangkan ulang di bioskop karena membawa pulang Best International Feature di Oscar tahun 2025. Meski sudah bisa ditonton di KlikFilm atau berbagai link bajakan, tapi gue tetap bersikeras untuk menonton film ini di bioskop demi pengalaman menonton yang maksimal. Ulasan: Sakitnya Hilang Paksa dalam Rezim Militer Ini bedanya antara Brazil dengan Indonesia, yang sudah beberapa langkah lebih maju soal pelanggaran HAM yang terjadi...

Toxic Town - Series Review

Gambar
Sinopsis Toxic Town adalah limited series asal Inggris berdurasi 4 episode yang tayang di Netflix, diangkat dari kisah nyata skandal lingkungan di kota Corby pada era 1990-an. Serial ini mengikuti perjuangan sekelompok ibu yang menggugat pemerintah kota setelah anak-anak mereka yang lahir di periode yang sama mengalami cacat fisik, terutama pada anggota tubuh. Dugaan kuat mengarah pada paparan polusi limbah bekas pabrik baja yang tidak dikelola sesuai prosedur saat kawasan industri tersebut dialihfungsikan menjadi area wisata. Kasus ini bukan hanya soal hukum, tetapi juga tentang dampak psikologis mendalam yang harus ditanggung para korban. Ulasan Menurut gue, Toxic Town ini ciamik. Padat, intens, dan emosional, meski cuma empat episode. Awalnya kita dikenalkan pada kota kecil Corby yang di tahun 90-an sedang euforia menutup pabrik bajanya demi transformasi menjadi kota wisata. Tapi di balik rencana manis itu, ada proses pemindahan limbah beracun yang dilakukan secara ceroboh dan jauh ...

The Monkey - Review

Gambar
The Monkey diberkahi 3 nama besar yang membuat gue sangat tertarik nonton film horor ini. Ada nama Stephen King sebagai penulis cerita pendek kisah ini dan terlibat dalam penulisan naskah bersama sutradara dan penulis naskah Osgood Perkins. Ada juga nama James Wan sebagai produser di film ini. Osgood Perkins sebelum ini juga gemilang sebagai sutradara dan penulis naskah dalam Longlegs (2024). Gue baru sadar film ini masuk ranah gore/slasher lewat adegan pembuka dengan violence over-the-top . Adegan pembuka ini juga berhasil set the tone keseluruhan film berdurasi 1 jam 38 menit ini. Selain grafis kekerasan penuh daging dan darah, ada juga selipan dead-beat comedy yang menyeimbangkan tensi. Elemen komedi ini yang membuat gue selalu bingung, harus tersenyum/tertawa atau nggak karena ini menyangkut kematian seseorang dengan cara yang imajinatif dan sangat sadis. Ulasan: Horor Slasher Penuh Darah dengan Sentuhan Komedi Seperti kisah-kisah dari Stephen ...

A Complete Unknown - Review

Gambar
Satu lagi film yang mendapat 8 nominasi Academy Awards 2025 bisa tayang di bioskop Indonesia meski lokasi terbatas. Bercerita tentang biografi Bob Dylan di awal-awal kesuksesannya, memang ini tipikal film niche yang hanya akan menjaring sekelompok kecil orang. Gue bukan pendengar Bob Dylan, tapi senang bisa nonton di depan bapak-bapak yang lafal menyanyikan beberapa lagu yang ada di film. Durasi 2 jam 20 menit jelas cukup untuk menceritakan awal karir Bob Dylan, sekaligus memperdengarkan banyak lagu karya Bob Dylan sekaligus Joan Baez. Gue 100% *roaming* dengan semua lagu yang ditampilkan, tapi cukup menikmati karena genre folk lumayan familiar di telinga gue. Tapi gue bisa membayangkan fans Bob Dylan akan bersuka ria ketika menonton film ini. Ulasan: Biografi Musisi Legendaris yang Eksentrik Gue juga nggak familiar dengan kisah dan karakteristik Bob Dylan. Tapi lewat film ini gue bisa melihat memang dia ini musisi yang eksentrik dan acuh tak acuh. Seri...