Perang Kota - Ulasan

Film ke-5 dari sutradara dan penulis naskah Mouly Surya ini memang sangat gue tunggu-tunggu. Gue memang belum baca buku yang jadi sumber adaptasi film ini; *Jalan Tak Ada Ujung* karya Mochtar Lubis yang diterbitkan tahun 1952. Tapi jelas *Perang Kota* menambah daftar pendek film-film Indonesia di masa kemerdekaan.

Tahun 1946 setelah Indonesia mengumandangkan kemerdekaan, tentara Belanda menyamar sebagai tentara Inggris mencoba merebut kembali tanah air. Dibantu pula oleh tentara India jajahan Inggris, menambah berat para pejuang kemerdekaan. Isa seorang guru biola harus menyelesaikan misi untuk membunuh salah satu perwira tinggi Belanda dibantu dengan muridnya, Hazil. Ternyata Fatimah, istri Isa, berselingkuh dengan Hazil yang menderita impotensi setelah pulang dari perang.

Ulasan: Drama Sejarah Indonesia yang Berani dan Cantik

Pertama-tama, *Perang Kota* adalah film yang sangat cantik bagi mata dan telinga. Penggunaan CGI rapi, detil properti, dan kostum yang sangat akurat dengan latar tahun 1946. Ini memang tantangan besar terutama di segi budget untuk menghidupkan latar masa lalu, tapi *Perang Kota* bisa mengeksekusinya dengan sangat baik. Untuk telinga, tata suaranya juga luar biasa menghidupkan suara-suara di sekitar karakter, sehingga seakan-akan menempatkan penonton berada di tengah-tengah adegan itu. Suara orang mengobrol, suara langkah kaki, dan detil suara luar ruangan lainnya benar-benar nyata di telinga.

Untuk kisahnya sendiri konon Mouly Surya mengambil langkah yang berbeda dari novelnya. Di filmnya, dan seperti film-film Mouly Surya lainnya, karakter perempuan diberikan kekuatan berlebih dan tidak perlu uluran tangan dari pria lain ataupun ksatria putih. Dengan jalinan kisah untuk melawan penjajah, lagi-lagi penonton disuguhkan bahwa korban sesungguhnya dari peperangan adalah perempuan dan anak-anak. Senang sekali akhirnya ada film nasional yang mengangkat tema ini.

Kesimpulan: Sebuah Mahakarya Sejarah Indonesia

Yes! *Perang Kota* adalah sebuah mahakarya dari Mouly Surya yang tak hanya memukau secara visual dan audio, tetapi juga berani mengangkat isu-isu sensitif dalam sejarah Indonesia. Film ini sukses menghidupkan kembali suasana tahun 1946 dengan detail yang akurat dan narasi yang kuat, terutama dalam memberdayakan karakter perempuan. Sebuah tontonan wajib bagi siapa pun yang mencari film sejarah Indonesia yang mendalam, emosional, dan provokatif.

Skor Sobekan Tiket Bioskop: 5/5

Cocok untuk: Pecinta film sejarah Indonesia, penggemar karya Mouly Surya, dan yang mencari drama perang dengan perspektif baru.

Genre: Drama, Sejarah, Perang

Asal: Indonesia

Durasi: 1 jam 50 menit

Sutradara: Mouly Surya

Penulis Naskah: Mouly Surya (adaptasi dari novel Mochtar Lubis)

Pemain: Jourdy Pranata, Putri Marino, Arswendy Bening Swara

- Sobekan Tiket Bioskop, ditonton pada 1 Mei 2025 -

Komentar