Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

This is Paris - Review

Gambar
Dokumenter biografinya Paris Hilton ini heartbreaking banget. Bukan tentang kesuksesan dan tajir melintirnya, tapi tentang trauma masa kecil, mimpi buruk, dan speaking up.  Gue aja baru tahu ternyata suara asli dia gak cempreng tinggi gitu. Siapa yang sangka sih ternyata karakter yang dia tampilkan selama ini di depan kamera itu literally bukan dia. Persona yang dia pakai buat nutupin trauma masa kecil dia. Mentally abused yang bikin dia punya trust issue, dan selalu dapet pasangan yang abusive karena dia pikir itu adalah hal normal. Being abused = merasa dicintai. Dan dokumenter ini adalah cara speak up yang powerful. Miris juga sih ngeliat dia yang "baru bisa happy kalau udah punya 1 billion USD". Ya lagi-lagi tujuan yang dibangun untuk menutupi lubang traumanya. 1 jam 45 menit yang nggak ngebosenin.  Bisa ditonton gratis di youtube. ---------------------------------------------------------- review film this is paris hilton review this is paris hilton this is pa

Enola Holmes - Netflix Review

Gambar
Millie Bobby Brown cantik banget ya Allah padahal baru 16 tahun tapi dia sekaligus jadi produser donk di film ini.  Sulit memang untuk menghapus Benedict Cumberbatch dari bayangan gue akan Sherlock Holmes. Apalagi menurut gue, Henry Cavill kharismanya terlalu besar untuk memerankan karakter nyentrik ini yang hasilnya sih jadi kurang dapet ya. Masih mendingan Sam Claflin yang lumayan pas jadi Mycroft Holmes. Tapi ya fokus utama film ini bukan di dua bersaudara Holmes itu kok, melainkan adik perempuan semata wayang yang bukan ciptaan Sir Arthur Conan Doyle, tapi pengarang buku Nancy Springer tahun 2006. Menurut gue, MBB benar-benar berhasil keluar dari karakter Elevennya dan tampil natural sebagai Enola Holmes. Apalagi karakter ini digadang-gadang sebagai ikon women empowerment terutama di genre period drama. Teknik fourth-wall yang berbicara ke kamera seakan ngobrol dengan penonton di rumah pun cukup menyenangkan untuk dilihat. Namun sayangnya, drama investigasi dan pemecahan masalah ya

My Octopus Teacher - Netflix Review

Gambar
Kok bisa ya gue segitu sedihnya sampai mata basah nonton nature docs? Judulnya memang kesannya kaya anime Jepang, tapi bukan kok guys. Ini dokumenter tentang persahabatan antara satu orang dengan gurita di laut lepas. Gue jarang sih nonton nature docs yang fokus spesifik ke satu orang dan satu satwa liar. Jadinya laser focused dan sangat personal. Efek tidak langsungnya ke penonton adalah simpati yang berlebihan. Gue sih ngerasa campur aduk ya emosinya pas nonton, apalagi di ending yang bikin patah hati.  Bangkek emang. ---------------------------------------------------------- review film my octopus teacher review my octopus teacher my octopus teacher movie review my octopus teacher film review resensi film my octopus teacher resensi my octopus teacher ulasan my octopus teacher ulasan film my octopus teacher sinopsis film my octopus teacher sinopsis my octopus teacher cerita my octopus teacher jalan cerita my octopus teacher

Hamilton - Disney+ Review

Gambar
OH MY GOODNESS THIS IS PERFECTION 😱😱😱 Gila-gilaan sih ini kerennya. Sebagai yang belum pernah nonton teater Broadway sama sekali, sepanjang 2 jam 40 menit sih gue cengo, melongo, ketawa, merinding, tegang, mata basah, dan tepuk tangan meski gue nonton sendirian! 👏🏼👏🏼👏🏼 Siapa yang sangka sih kisah politik bisa dibawain dengan sangat seru dan keren??? Lagu-lagunya mulai dari RnB sampai rap yang super keren mampus. Lirik-liriknya sih jawara bisa gerakkin plot dalam 1-2 kalimat aja. Setnya keren banget meski simpel tapi bisa menjelma jadi banyak lokasi. Lightingnya juga sederhana tapi ngefek banget buat penceritaan. Suara-suara pemainnya sih nggak usah dipertanyakan lagi lah ya. Semua rata bagusnya, nggak ada yang menonjol in a good way. Gue sih suka banget sama Jonathan Groff ya yang komikal banget. Ludah muncrat aja tetep ganteng itu gimana ya Allah tolong plis plis.  Segmen favorit gue? Satisfied-nya Angelica yang adegannya bisa rewind begitu. Lalu Hurricane-nya Hamilton yang b

The Mystery of Dragon Seal - Review

Gambar
Iron Mask atau The Mystery of Dragon Seal adalah film produksi kerja sama antara tiga negara; Inggris, Rusia, dan China. Salah satu rumah produksi yang membuatnya adalah Sparkle Roll Media milik Jackie Chan, yang juga berperan dalam film ini. Disutradarai oleh Oleg Stepchenko, hanya di film ini kita bisa melihat duel fenomenal antara Jackie Chan dengan Arnold Schwarzenegger. Duel yang sepertinya sudah ditunggu-tunggu sejak lama, antara dua jagoan representasi Barat dan Timur. Meski kemunculannya cukup sekilas, tapi adegan perkelahiannya cukup intens dan memuaskan. Apalagi kita disuguhkan oleh dua jenis bela diri yang sangat menarik, antara kekuatan dan tenaga yang besar dengan seni bela diri yang cantik namun mematikan.  Film ini dibintangi oleh Charles Dance, Rutger Hauer, dan aktor kembar tiga asal China The Luu Brothers. The Mystery of Dragon Seal bercerita tentang seorang kartografer atau pembuat peta asal Inggris Jonathan Green (Jason Flemyng) yang sedang membuat peta dari daratan

The Social Dilemma - Netflix Review

Gambar
Ini adalah dokumenter terhoror yang pernah gue tonton. Dari kreator dan sutradara Chasing Ice (2012) dan Chasing Coral (2017), sutradara Jeff Orlowski memang paling apik untuk mengungkap fakta dan membuat penonton dokumenternya percaya, terbawa emosi, untuk kemudian melakukan sesuatu untuk membuat isu tersebut menjadi lebih baik. Setelah isu gletser mencair dan pemutihan koral di seluruh dunia, rasanya isu teknologi ini yang paling dekat dengan manusia - dan juga yang paling universal. Gue nggak nyangka pake banget untuk menemukan banyak hal yang berhubungan dengan psikologi dalam tontonan yang membahas teknologi. Siapa yang sangka, ternyata di balik desainer teknologi tersebut memakai ilmu dasar psikologi untuk memanipulasi - catat kata kuncinya, manipulasi - tingkah laku dan kebiasaan manusia. Sori, nggak sampai dalam tahap perubahan perilaku, tetapi juga sampai tahap memprediksi perilaku dan mengarahkannya. Iya, AI yang selama ini kita tonton dan takuti ternyata bukan ada pada rob

Sabar Ini Ujian - Disney+ Review

Gambar
Akhirnya ada filmnya Anggy Umbara yang gue suka! Biasanya gue nggak cocok sama komedinya Anggy tapi khusus di Sabar Ini Ujian sih gue ngakak-ngakak ya. Kayaknya kerecehan gue memang satu frekuensi sama MLI, yang ikutan menggarap naskah dan unsur komedi di film ini. Gue baca review yang bertebaran di lini masa, pada risih sama komedinya Rispo dan Rigen, tapi kok gue malah ngakak-ngakak aja ya. Btw Estelle Linden cakepnya kebangetan ya Allah.  Iya ini adalah film time loop pertama di Indonesia. Senang akhirnya ada sineas lokal yang mengangkat tema ini ke perfilman nasional, meski premis semacam ini sudah lama malang melintang di Hollywood. Senangnya pun berlipat ganda dengan hasil flim yang juga memuaskan, menghibur dan penuh makna. Oya gue suka banget gimana Anggy masukkin banyak referensi pop culture lokal di sini, lumayan bisa bikin senyum-senyum buat yang ngerti. Durasi 126 menit memang agak terlalu lama, tetapi rasanya pas untuk mengeksplorasi kehidupan dan hubungan Sabar dengan ora

I''m Thinking of Ending Things - Review and Interpretation

Gambar
Ekspektasi gue sudah setinggi langit begitu melihat nama Charlie Kaufman ada di sutradara dan penulis naskah I'm Thinking of Ending Things. Apalagi deretan cast-nya yang memukau; Jessie Buckley, Jesse Plemons, David Thewlis, dan the one and only Toni Collette! Ditambah lagi atmosfer trailer-nya udah mirip-mirip Hereditary, dan berbagai CTA marketingnya menyebut kata horor.  Charlie Kaufman bikin film horor??? Well, ternyata ini film susah. Tipikal film snob yang jelas bukan untuk semua orang. Ini beneran Netflix ngasih kebebasan absolut bagi para filmmaker untuk menggali dan mengeluarkan potensi indie-nya secara maksimal - dan Charlie Kaufman memanfaatkan kesempatan langka itu. Kalau di film-filmnya sebelumnya yang dia sutradarai mulai dari Synedoche, New York (2008) hingga Anomalisa (2015) masih cukup sederhana dan dapat dimengerti oleh penonton kebanyakan. I'm Thinking of Ending Things memang punya premis yang cukup sederhana; seorang perempuan ikut secara terpaksa untuk mene

Mudik - Review

Gambar
Udah lama banget nggak nonton film kaya gini, roadtrip arthouse minim dialog banyak perenungan. Dari sutradara Tabula Rasa (2014) yang sekarang menggarap skripnya juga, Adriyanto Dewo gaspol di idealisme, seni, dan Indonesia banget. Dari tataran yang terlihat, semua yang ada di film Mudik ini sangat dekat dengan kenyataan. Mulai dari kebiasaan mudik dalam rangka Lebaran, warga kampung, hingga suasana takbiran yang sangat khas Indonesia. Dibalut dalam jalan cerita yang sederhana, membuat film ini sangat nyaman untuk dinikmati. Lalu aktingnya, ya Tuhan kalau Mudik nggak menang aktinf ensemble sih sungguh terlalu ya. Putri Ayudya memang sangat bersinar di sini, lewat tatapan kosong hingga penuh permenungan. Benar-benar membuat gue ikutan merasakan apa yang sedang dia rasakan. Lawan aktingnya Asmara Abigail yang juga sama-sama bersinar. Rasanya dia memang cocok dengan tipikal karakter sederhana seperti itu, nggak perlu dibuat jahat tapi dengan tatapan matanya sudah menggambarkan semuanya.