I''m Thinking of Ending Things - Review and Interpretation
Ekspektasi gue sudah setinggi langit begitu melihat nama Charlie Kaufman ada di sutradara dan penulis naskah I'm Thinking of Ending Things. Apalagi deretan cast-nya yang memukau; Jessie Buckley, Jesse Plemons, David Thewlis, dan the one and only Toni Collette! Ditambah lagi atmosfer trailer-nya udah mirip-mirip Hereditary, dan berbagai CTA marketingnya menyebut kata horor.
Charlie Kaufman bikin film horor???
Well, ternyata ini film susah. Tipikal film snob yang jelas bukan untuk semua orang. Ini beneran Netflix ngasih kebebasan absolut bagi para filmmaker untuk menggali dan mengeluarkan potensi indie-nya secara maksimal - dan Charlie Kaufman memanfaatkan kesempatan langka itu. Kalau di film-filmnya sebelumnya yang dia sutradarai mulai dari Synedoche, New York (2008) hingga Anomalisa (2015) masih cukup sederhana dan dapat dimengerti oleh penonton kebanyakan.
I'm Thinking of Ending Things memang punya premis yang cukup sederhana; seorang perempuan ikut secara terpaksa untuk menemui orang tua pacarnya ke rumah peternakan yang cukup terisolir. Sepanjang jalan dia sibuk dengan pikiran overthinking-nya sendiri, tapi seakan-akan sang pacar tahu apa yang ada di dalam kepalanya.
Dua puluh menit pertama film ini benar-benar menakjubkan, dan gue bener-bener suka dengan apa yang tersaji di layar sampai rasanya pengen gue peluk. Isinya memang hanya ngobrol bolak-balik antara dua orang tersebut di dalam mobil dalam perjalanan. Di sini rasanya sudah bisa masuk kategori road trip, karena menurut gue film road trip adalah film perjalanan yang sebenarnya adalah perjalanan karakter yang ada lewat pemikiran dan dialog. Di sini gue langsung yakin bahwa Jesse Plemons emang masternya dalam memerankan karakter aneh dan mencurigakan, ala-ala Game Night (2018) gitu deh.
Namun hal-hal aneh mulai terjadi di 30 menit selanjutnya ketika sampai di rumah. Nggak nyangka ternyata David Thewlis bisa menyamai kegilaan Toni Collette di peran yang sedeng. Di sini nih gue mulai nggak ngerti dengan apa yang terjadi. Sampai di perjalanan balik kembali ke konsep 20 menit pertama, hal semakin aneh. Hingga puncaknya di 15 menit terakhir yang sangat absurd, sampai gue akhirnya mengibarkan bendera putih untuk nyerah dengan nggak ngerti ini film tentang apa.
Tapi gue nggak menyerah begitu aja. Berkat modal google, gue nemu beberapa artikel yang cukup detil menjelaskan apa yang terjadi di layar. Benar saja dugaan gue, meski sama sekali nggak ketebak sampai akhir film.
Ini bukan film road trip, ini film head trip!
I'm Thinking of Ending Things adalah film tentang perjalanan pikiran dari satu orang. Siapa? Si janitor sekolah yang adegannya selalu diselipkan tepat ketika Jake selesai berbicara. Jadi seluruh perbincangan antara si cewe dan pacar dan orang tuanya hanyalah ada di dalam kepala si janitor? IYA!
Sebenarnya beberapa detil sudah disajikan sejak awal film. Mulai dari si cewe yang namanya selalu ganti-ganti dan selalu disebut dengan "young woman" di subtitle English cc, dia ngaca di kaca spion retak, sampai foto masa kecil yang mirip sama si cewe dan Jake. Berkaca di cermin yang retak adalah simbol yang sering digunakan di media audio visual sebagai lambang dari fractured identity. Nggak jelas identitasnya siapa, bahkan mukanya sempet ganti di tiga perempat film.
Jadi kenapa si janitor menciptakan karakter si cewe di dalam kepalanya, lalu bikin skenario ngajak dia ketemu orang tuanya? Gue nggak bisa mikir hal lain selain dia hidup sampai tua sendirian.
SENDIRIAN.
Nah di sini baru berasa horornya ya.
Makanya dia bengong dan berfantasi di sela-sela pekerjaannya untuk nganter pacarnya (yang bisa jadi siapa aja, makanya namanya selalu ganti-ganti) ketemu orang tuanya. Mengantar pacar untuk bertemu orang tua memang termasuk salah satu aktivitas yang cukup signifikan di awal pacaran untuk masuk ke tahap yang lebih serius. Hal ini juga menjelaskan kenapa umur si ayah dan ibu Jake kerap berganti-ganti dari tua ke muda lagi. Berhubung kisah ini ada di dalam kepala si janitor yang sudah berumur, jadi pasti bercampur aduk dengan memori asli si janitor yang hidup bertiga dengan ayah dan ibunya dari kecil sampai tua, dari ayah ibunya masih muda sampai sakit-sakitan menua hingga meninggal.
Di titik ini gue yakin bahwa I'm Thinking of Ending Things bukan film susah, tapi film dark. Gelap dan horor karena menggambarkan dengan vulgar dan maksimal tentang penyesalan dan kesendirian di usia senja. Banyak artikel yang mengklaim bahwa I'm Thinking of Ending Things adalah deskripsi detil isi kepala seorang Charlie Kaufman. Tetapi setelah disebarkannya lewat media audio visual, rasanya ini akan menjadi kekhawatiran - dan peringatan - untuk banyak orang.
----------------------------------------------------------
review film i'm thinking of ending things charlie kaufman
review i'm thinking of ending things charlie kaufman
i'm thinking of ending things charlie kaufman movie review
i'm thinking of ending things charlie kaufman film review
resensi film i'm thinking of ending things charlie kaufman
resensi i'm thinking of ending things charlie kaufman
ulasan i'm thinking of ending things charlie kaufman
ulasan film i'm thinking of ending things charlie kaufman
sinopsis film i'm thinking of ending things charlie kaufman
sinopsis i'm thinking of ending things charlie kaufman
cerita i'm thinking of ending things charlie kaufman
jalan cerita i'm thinking of ending things charlie kaufman
Komentar
Posting Komentar