Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

The Holdovers - Review

Gambar
Film yang malang melintang di berbagai penghargaan bergengsi ini akhirnya bisa tayang di bioskop tanah air. Sebelumnya, The Holdovers bawa pulang dua piala Golden Globes; masing-masing untuk Paul Giamatti sebagai Best Lead Male Actor dan Da'Vine Joy Randolph sebagai Best Supporting Female Actor . Sementara di Academy Awards 2024, film ini dapat 5 nominasi di Best Motion Picture, Best Original Screenplay, Best Editing, Best Lead Male Actor, dan Best Supporting Female Actor .  The Holdovers bercerita tentang seorang guru yang harus tinggal dan menemani siswa yang nggak pulang ke rumah di sekolah asrama saat liburan Natal di tahun 1970. Konfliknya adalah guru ini terkenal galak dan nggak populer di kalangan siswa, sedangkan siswa yang harus tinggal di asrama selama liburan ini juga terkenal sebagai anak yang bermasalah. Ternyata selama dua minggu terpaksa tinggal bersama, mereka berdua menjalin persahabatan yang kompleks. Ini adalah tipikal film dramedy yang menghangatkan hati. Film

Women from Rote Island - Review

Gambar
Sebenarnya yang bikin gue tambah penasaran adalah Women from Rote Island / Perempuan Berkelamin Darah menang piala Film Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2023. Ditambah gue sangat suka mengintip kehidupan di Indonesia Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur yang menjadi latar film ini. Keluar bioskop, gue merasa tercekat dan speechless . Entah in a good way atau in a bad way , mungkin malah dua-duanya.  Gue bahas positifnya dulu deh ya, film ini sangat artistik dan indie. Dengan banyak aktor aktris yang tidak kita tahu sebelumnya, nonton film ini seakan melihat kehidupan nyata di pulau Rote lewat kamera. Dialog-dialog yang ada juga mengalir natural, ekspresi dan emosi para aktor dan aktris juga nggak kalah dari aktor/aktris pemenang piala Citra. Camera work -nya gue suka banget! Banyak adegan-adegan long shot yang efektif menangkap dan menyalurkan emosi dari layar ke penonton. Khususnya adegan pemakaman yang menyorot semua hal di 360 derajat, benar-benar memaksa penonton meny

Tiger Stripes - Review

Gambar
Jadi di jaman dulu (atau jaman sekarang di daerah pedesaan), remaja perempuan yang menstruasi atau datang bulan itu dianggap kotor. Apalagi kalau bukan karena darah kotor yang keluar, ditambah jerawat dan emosi yang meledak-ledak. Anggapan itu jelas karena minim informasi tentang pubertas, menstruasi, gejolak hormon dan lain sebagainya. Parahnya, "penyakit" datang bulan ini dianggap menular karena remaja perempuan lainnya juga mengalami hal yang sama. Ketika ada hal aneh tidak bisa dijelaskan, ke mana masyarakat akan bersandar? Tentu saja AGAMA. Tapi apakah agama (dan ruqyah) dapat menyelesaikan persoalan datang bulan? 🤣 <--- ini jawaban gue tanpa bermaksud spoiler.  Tiger Stripes jadi film hiperbola tentang anggapan kotor pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi. Menariknya, filmnya berlatar modern dengan iPhone terbaru dann wabah TikTok. Yang artinya SEHARUSNYA informasi tentang pubertas dapat diakses dengan mudah. Tapi sayangnya yang terjadi adalah kisah mistis

Agak Laen - Review

Gambar
Agak Laen pecah banget sih, gue udah lama banget nggak ngakak sampai nangis di bioskop. Parah, film ini kocak maksimal sih. Perlu diketahui, gue itu sebenarnya agak pilih-pilih sama film komedi Indonesia karena dari beberapa yang gue tonton gue relatif nggak cocok sama selera komedinya. Tapi surprisingly, Agak Laen punya selera komedi yang universal. Dalam artian berbagai jenis dan selera komedi ditampilkan jadi satu-dua bit pasti kena ke semua jenis penonton. Kalau satu-dua bit sudah kena, untuk selanjutkan akan cenderung mudah untuk memancing tawa. Selain soal komedi yang universal dan berbagai macam, gue juga salut dengan jalan ceritanya. Idenya segar dan memang agak laen. Rumah hantu yang jadi serem beneran karena ada orang yang meninggal di dalamnya? Premis yang sangat sederhana dan merakyat ini ternyata bisa dieksekusi sedemikian rupa jadi film komedi tragedi. Oiya, ini adalah tipikal film komedi yang menyelesaikan masalah dengan masalah. Jadi setiap keputusan yang mereka ambil,

Eksil - Review

Gambar
Setelah selesai membaca novel Pulang dari Leila S. Chudori, gue cukup menantikan film dokumenter Eksil ini. Sebelum ini, kisah para eksil politik korban tragedi 1965 hanya diangkat secara fiksi lewat film Surat dari Praha (2016). Novel Pulang pun memang karya fiksi meski banyak terinspirasi dari kehidupan para eksil politik di beberapa negara di Eropa. Tapi dokumenter Eksil akan memberikan gambaran yang paling nyata tentang orang-orang yang terbuang dari Republik Indonesia ini. Dokumenter Eksil diproduksi tahun 2015, dan butuh kurang lebih 9 tahun sampai akhirnya film ini rilis ke publik lewat layar bioskop. Untuk ukuran film dokumenter, gue suka sekali dengan production value yang ada. Warnanya cantik dan enak di mata. Editing yang ada juga cukup engaging, gue suka di pembuka film shot di Indonesia lalu masuk ke terowongan, kemudian keluar terowongan latar pun berganti dengan kota di Eropa. Eksil benar-benar menjelaskan dengan detil apa yang terjadi pada mereka, kenapa mereka terdam