Postingan

Latest Review

To Kill A Tiger - Netflix Review

Gambar
Mungkin film dokumenter ini ada sebagai terapi anger management ya. Coba yang mau ngetes rasa marahnya, nonton ini deh. Lima belas menit pertama kalau nggak marah atau kesel atau gimana, berarti lo punya anger management yang bagus. Tapi ternyata nggak cuma 15 menit pertama aja, bahkan sampai akhir juga loh. To Kill a Tiger adalah film dokumenter yang menggambarkan semua hal yang salah tentang patriarki, sumber daya manusia yang nggak berkualitas, dan sistem hukum yang berantakan. Sayangnya tiga hal ini nyata terjadi juga di Indonesia. Jadi meski berlatar di India, gue berani yakin bahwa kejadian yang ada dalam film dokumenter ini pasti bisa ditemukan juga di Indonesia. Betapa susahnya mengawal proses kekerasan seksual di negara berkembang yang punya budaya patriarki, SDM nggak berkualitas akibat status sosial ekonomi, dan sistem hukum yang nggak bisa diandalkan. Siapa yang menyangka kalau melaporkan kasus kekerasan seksual ke ranah hukum ternyata bisa diintimidasi oleh warga desa? Sud

Kung Fu Panda 4 - Review

Gambar
Setelah Kung Fu Panda 3 (2016), delapan tahun kemudian kita bisa menikmati kelanjutan petualangan Po. Kali ini Po harus mencari penerus Pendekar Naga agar dirinya bisa mengambil peran sebagai Pemimpin Spritual di Lembah Perdamaian. Tantangan muncul ketika ada penjahat baru, Chameleon muncul untuk mencuri Tongkat Kebijaksanaan Po dan membangkitkan kembali penjahat-pejahat dari masa lalu. Po pun bergabung dengan Zhen, seorang rubah pencuri yang berpotensi menjadi penerus Po sebagai Pendekar Naga. Jujur gue sendiri sudah lupa dengan kisah Kung Fu Panda 3, tapi gue masih bisa mengikuti jalan cerita Kung Fu Panda 4 dengan baik dan nggak roaming. Meski gue nggak terlalu excited nonton ini, tapi gue masih bisa terhibur dengan visualnya yang memang sudah jadi standar animasi Hollywood. Ceritanya sendiri memang ditujukan untuk anak-anak, tapi masih bisa dinikmati oleh para dewasa. Makna yang dibawakan juga bagus, tentang perubahan yang pastinya akan kerap ditemui sepanjang hidup. -

Exhuma - Review

Gambar
Meski sudah baca beberapa reviewnya di media sosial, tapi gue nggak nyangka Exhuma sebagus itu! Film ini otomatis masuk dalam 10 film terbaik yang gue tonton selama tahun 2024, entah posisi nomor berapa. Film ini nggak cuma jualan horor yang bukan tipikal jump scare, tapi surprisingly juga sangat nasionalis dan anti kolonialisme! Menurut gue, sebenarnya Exhuma ini bukan film horor deh. Film ini bisa masuk genre misteri atau investigatif yang kebetulan aja ada beberapa penampakan hantu yang bikin bulu kuduk begidik. Mirip sama Parasite, film ini berganti plot di tengah ke arah yang lebih gelap dan mengerikan. Kisah pengusiran arwah penasaran bergeser ke kisah nasionalis. Dua kisah ini juga digambarkan dengan dua elemen yang digunakan dalam fengshui; setengah film pertama didominasi air seperti hujan dan setengah film kedua didominasi oleh api. Kalau yang menyangka film ini akan banyak adegan jumpscare atau kaget-kagetan sudah pasti kecewa. Apalagi Exhuma tipikal film slow burn yang plot

Dune: Part Two - Review

Gambar
Setelah penantian 7 tahun, akhirnya kita bisa menonton kelanjutan kisah Lisan al Gaib. Dune: Part Two (2024) malah menjadikan Dune (2017) tampak seperti kurcaci. Entah mengapa novel Dune karya Frank Herbert yang dirilis tahun 1965 dipecah menjadi dua film yang nggak rata dan berimbang. Tapi mungkin ini memang keputusan kreatif mengingat dua film tersebut fokus pada tema besar yang berbeda; Dune Part One fokus pada tema fear dan Dune: Part Two fokus pada tema faith . Ini adalah ulasan yang penuh spoiler, silakan lanjut kalau anda sudah menonton atau yang nggak masalah dengan spoiler.   Dune: Part Two jelas memperlihatkan semesta yang lebih luas dengan banyak karakter baru. ​Tapi yang gue sangat suka adalah tema besar yang berkembang dan terbilang mengarah ke arah yang berbeda. Dua film ini menutup filmnya dengan visual yang sama tapi dengan makna yang berbeda. Adegannya sama-sama close-up shot Chani yang diperankan Zendaya. Di film pertama, pandangan Chani bisa kita maknai sebagai pa

Pemandi Jenazah - Review

Gambar
Harus gue akui, Pemandi Jenazah adalah salah satu film horor lokal terbaik yang gue tonton di tahun ini. Cukup mengejutkan karena ini datang dari rumah produksi baru di mana ini adalah film pertama mereka; VMS Studio. Meski rumah produksi baru, tapi VMS Studio menggunakan talenta terbaik di tanah air; Hadrah Daeng Ratu di kursi sutradara dan Lele Laila sebagai penulis naskah. Gue bisa melihat rasanya mereka berdua diberikan kebebasan idealisme dan tidak banyak campur tangan produser. Terlihat dengan hasil filmnya yang memang berkualitas dan dibuat dari hati. Pemandi Jenazah memberikan kisah yang cukup menyeramkan. Aktivitas memandikan jenazah, apalagi korban pembunuhan, adalah aktivitas yang sudah seram. Nah hal itu jadi tambah menyeramkan ketika karakter si pemandi jenazah adalah seorang yang penakut. Di titik ini, Aghniny Haque sangat efektif menularkan ketakutannya kepada penonton setiap dia memandikan jenazah dan melihat penampakan. Ceritanya sendiri gue sangat suka karena sangat m

The Zone of Interest - Review

Gambar
The Zone of Interest jadi film ke-8 yang gue tonton secara legal dari 10 nominasi Best Motion Picture di Academy Awards 2024. Kecintaan gue pada film dengan tema Perang Dunia II tentu membuat gue cukup mengantisipasi film ini. Ternyata film ini benar-benar fokus pada sisi lain dari kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Lebih tepatnya, film ini fokus pada latar rumah mewah dan luas dari komandan Rudolf Hoss yang memang ada dan terjadi persis seperti di kejadian nyata. Menonton The Zone of Interest jelas jadi pengalaman menonton yang unik sekaligus horor. Mata penonton memandang adegan-adegan yang indah dan enak di mata. Rumah yang bagus, halaman rumah yang luas dan dipenuhi tanaman hijau, kolam renang dan mainan anak-anak. Tapi telinga mendengar hal-hal yang sebaliknya. Suara tembakan senjata dan teriakan tahanan di siang bolong, serta suara api di malam hari. Benar-benar kontras dari apa yang dilihat dan apa yang didengar. Nggak heran, film ini mendapat nominasi Oscar di kategori Bes

The Holdovers - Review

Gambar
Film yang malang melintang di berbagai penghargaan bergengsi ini akhirnya bisa tayang di bioskop tanah air. Sebelumnya, The Holdovers bawa pulang dua piala Golden Globes; masing-masing untuk Paul Giamatti sebagai Best Lead Male Actor dan Da'Vine Joy Randolph sebagai Best Supporting Female Actor . Sementara di Academy Awards 2024, film ini dapat 5 nominasi di Best Motion Picture, Best Original Screenplay, Best Editing, Best Lead Male Actor, dan Best Supporting Female Actor .  The Holdovers bercerita tentang seorang guru yang harus tinggal dan menemani siswa yang nggak pulang ke rumah di sekolah asrama saat liburan Natal di tahun 1970. Konfliknya adalah guru ini terkenal galak dan nggak populer di kalangan siswa, sedangkan siswa yang harus tinggal di asrama selama liburan ini juga terkenal sebagai anak yang bermasalah. Ternyata selama dua minggu terpaksa tinggal bersama, mereka berdua menjalin persahabatan yang kompleks. Ini adalah tipikal film dramedy yang menghangatkan hati. Film

Women from Rote Island - Review

Gambar
Sebenarnya yang bikin gue tambah penasaran adalah Women from Rote Island / Perempuan Berkelamin Darah menang piala Film Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2023. Ditambah gue sangat suka mengintip kehidupan di Indonesia Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur yang menjadi latar film ini. Keluar bioskop, gue merasa tercekat dan speechless . Entah in a good way atau in a bad way , mungkin malah dua-duanya.  Gue bahas positifnya dulu deh ya, film ini sangat artistik dan indie. Dengan banyak aktor aktris yang tidak kita tahu sebelumnya, nonton film ini seakan melihat kehidupan nyata di pulau Rote lewat kamera. Dialog-dialog yang ada juga mengalir natural, ekspresi dan emosi para aktor dan aktris juga nggak kalah dari aktor/aktris pemenang piala Citra. Camera work -nya gue suka banget! Banyak adegan-adegan long shot yang efektif menangkap dan menyalurkan emosi dari layar ke penonton. Khususnya adegan pemakaman yang menyorot semua hal di 360 derajat, benar-benar memaksa penonton meny

Tiger Stripes - Review

Gambar
Jadi di jaman dulu (atau jaman sekarang di daerah pedesaan), remaja perempuan yang menstruasi atau datang bulan itu dianggap kotor. Apalagi kalau bukan karena darah kotor yang keluar, ditambah jerawat dan emosi yang meledak-ledak. Anggapan itu jelas karena minim informasi tentang pubertas, menstruasi, gejolak hormon dan lain sebagainya. Parahnya, "penyakit" datang bulan ini dianggap menular karena remaja perempuan lainnya juga mengalami hal yang sama. Ketika ada hal aneh tidak bisa dijelaskan, ke mana masyarakat akan bersandar? Tentu saja AGAMA. Tapi apakah agama (dan ruqyah) dapat menyelesaikan persoalan datang bulan? 🤣 <--- ini jawaban gue tanpa bermaksud spoiler.  Tiger Stripes jadi film hiperbola tentang anggapan kotor pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi. Menariknya, filmnya berlatar modern dengan iPhone terbaru dann wabah TikTok. Yang artinya SEHARUSNYA informasi tentang pubertas dapat diakses dengan mudah. Tapi sayangnya yang terjadi adalah kisah mistis

Agak Laen - Review

Gambar
Agak Laen pecah banget sih, gue udah lama banget nggak ngakak sampai nangis di bioskop. Parah, film ini kocak maksimal sih. Perlu diketahui, gue itu sebenarnya agak pilih-pilih sama film komedi Indonesia karena dari beberapa yang gue tonton gue relatif nggak cocok sama selera komedinya. Tapi surprisingly, Agak Laen punya selera komedi yang universal. Dalam artian berbagai jenis dan selera komedi ditampilkan jadi satu-dua bit pasti kena ke semua jenis penonton. Kalau satu-dua bit sudah kena, untuk selanjutkan akan cenderung mudah untuk memancing tawa. Selain soal komedi yang universal dan berbagai macam, gue juga salut dengan jalan ceritanya. Idenya segar dan memang agak laen. Rumah hantu yang jadi serem beneran karena ada orang yang meninggal di dalamnya? Premis yang sangat sederhana dan merakyat ini ternyata bisa dieksekusi sedemikian rupa jadi film komedi tragedi. Oiya, ini adalah tipikal film komedi yang menyelesaikan masalah dengan masalah. Jadi setiap keputusan yang mereka ambil,