Final Destination: Bloodlines - Review

Sinopsis

Film *Final Destination: Bloodlines* mengikuti sekelompok orang yang berhasil selamat dari bencana tak terduga, hanya untuk kemudian diburu oleh Kematian itu sendiri. Ketika mereka mencoba mencari cara untuk menghindari takdir yang telah menunggu, mereka menemukan adanya "Bloodlines" atau garis keturunan yang menghubungkan mereka dengan para korban Kematian di masa lalu, mengungkapkan sejarah gelap dan rahasia yang mungkin menjadi kunci untuk memutus lingkaran kematian.

Ulasan: Babak Baru yang Kurang Menggigit

Pertama-tama, gue bukan fans dan pengikut setia franchise Final Destination. Rasanya gue hanya menonton film pertama dan keduanya saja, sementara Final Destination Bloodlines ini adalah film keenam. Setelah baca-baca ternyata memang film keenam ini lumayan berdiri sendiri dari 5 film sebelumnya, jadi nonton ini nggak akan roaming. Mungkin pengikut setianya akan sedikit bersorak dengan kemunculan beberapa karakter dari film-film sebelumnya.

Sekarang gue tahu dan sadar bahwa gue memang nggak cocok dengan franchise gore yang satu ini. Jalan ceritanya yang membuat gue kurang bisa percaya dan berinvestasi secara emosi dengan kisah ini. Lalu franchise ini kan jualan adegan gore yang penuh darah dan daging ya. Tapi sayangnya Final Destination Bloodlines memilih menggunakan CGI ketimbang efek praktis untuk menampilkan deretan adegan gore ini. Hasilnya adalah gambaran adegan yang kurang membuat gue ngilu, meski efek CGI-nya lumayan mulus.

Yang juga cukup mengganggu buat gue adalah penulisan karakter-karakternya yang terasa sangat generik. Hampir semua tokoh terasa seperti template dari film horor remaja—ada si pahlawan enggan, si skeptis, si cerewet, sampai si pemberani yang mati duluan. Alur dialognya pun terlalu dipaksakan untuk menjelaskan mitologi kematian yang rumit, padahal franchise ini sebenarnya paling seru justru saat membiarkan takdir bermain tanpa banyak penjelasan. Alih-alih bikin tegang, beberapa dialog justru bikin gue ketawa karena terlalu dramatis dan nggak masuk akal.

Tapi gue akui, *Final Destination Bloodlines* masih punya satu kekuatan utama: kreativitas dalam adegan kematian. Meski nggak semua berhasil bikin ngilu, tetap ada beberapa momen yang bikin gue angkat alis karena unik dan tidak tertebak. Konsep "kematian sebagai kekuatan tak terlihat yang menata ulang dunia untuk membunuh seseorang" masih cukup menarik, apalagi ketika dimainkan dengan elemen keseharian yang terlihat sepele. Kalau lo memang fans setia waralaba ini, mungkin akan tetap terhibur. Tapi buat yang baru datang atau berharap akan sesuatu yang lebih “berbobot”, film ini mungkin terasa agak hambar.

Kesimpulan: Untuk Penggemar Setia Franchise

No. Bagi penggemar berat waralaba *Final Destination*, *Bloodlines* mungkin masih menawarkan hiburan lewat adegan kematian yang kreatif dan terkadang mengejutkan. Namun, bagi penonton yang mencari kedalaman cerita, pengembangan karakter yang kuat, atau efek gore praktis yang bikin ngilu, film ini terasa kurang. Penggunaan CGI yang dominan untuk adegan gore dan penulisan karakter yang generik menjadi beberapa kelemahan utama. Film ini lebih cocok untuk mereka yang ingin melihat 'gimmick' kematian kreatif dan tidak terlalu memikirkan plot atau karakter.

Skor Sobekan Tiket Bioskop: 3/5

Cocok untuk: Penggemar setia franchise *Final Destination* yang rindu adegan kematian unik, dan penikmat film horor yang tidak terlalu mementingkan kedalaman cerita.

Genre: Horor, Thriller, Supernatural

Asal: Amerika Serikat

Durasi: 1 jam 33 menit

Sutradara: Zach Lipovsky, Adam B. Stein

Penulis Naskah: Guy Busick, Lori Evans Taylor, Jeffrey Reddick (berdasarkan karakter)

Pemain: Kyle Gallner, Olwen Fouéré, Jenna Thiam, Mason Alexander Park, Richard Harmon, Teo Briones, Brec Bassinger

Sobekan Tiket Bioskop, ditonton pada 18 Mei 2025 -

Komentar