The Pitt Season 1 - Series Review

Sinopsis

The Pitt adalah serial medical drama intens yang mengikuti aktivitas ruang IGD sebuah rumah sakit umum selama 15 jam berturut-turut—di mana setiap episode merepresentasikan satu jam waktu nyata. Serial ini menyorot berbagai kasus medis ekstrem, keputusan hidup-mati yang harus diambil dalam hitungan detik, serta tekanan psikologis yang dialami para tenaga kesehatan di garis depan. Dibuat oleh kreator yang juga terlibat dalam ER, The Pitt hadir dengan pendekatan yang lebih realistis, minim melodrama, dan fokus penuh pada tindakan medis serta dampaknya terhadap manusia, baik pasien maupun dokter.

Ulasan

Gue sepakat banget menobatkan The Pitt sebagai salah satu series terbaik yang gue tonton tahun ini. Gila sih, puas maksimal. Lima belas episode yang semuanya super intens, menggambarkan berbagai kasus medis yang kadang rasanya sudah di luar nalar. Konsep satu episode = satu jam kondisi nyata di IGD itu bikin sensasinya beda. Kita seperti ikut “jaga malam” bareng para dokter dan perawatnya.

Dua episode awal langsung bikin kepala gue pusing saking padat dan tegangnya. Ritmenya cepat, kasus datang bertubi-tubi, dialog teknis bertumpuk. Di awal memang butuh kalibrasi. Tapi setelah itu, anehnya justru jadi terbiasa. Serial ini pintar memberi “nafas” di tengah kekacauan—ada jeda emosional kecil di tiap episode, cukup untuk bikin kita nggak benar-benar tenggelam dalam stres tanpa henti.

Perlu dicatat, gue bukan pecinta medical drama garis keras. ER, House, atau Grey’s Anatomy bukan tontonan rutin gue. Tapi The Pitt ini terasa beda level. Meski dibuat oleh kreator yang sama dengan ER, pendekatannya jauh lebih “telanjang”: minim bumbu drama personal yang bertele-tele. Fokusnya benar-benar pada tindakan medis, keputusan cepat, dan konsekuensi nyata dari setiap prosedur.

Dari yang gue baca juga, banyak tenaga kesehatan memuji akurasi medis yang digambarkan di serial ini. Dan sebagai penonton awam, gue bisa merasakan bahwa yang disajikan di sini terasa “mentah” dan tidak dibuat-buat. Istilah medisnya banyak yang bikin gue roaming, tapi justru di situlah kenikmatan (sekaligus tantangan) menontonnya.

Yang bikin gue kagum, meski total 15 episode dengan durasi sekitar satu jam per episode, The Pitt sama sekali tidak repetitif. Nggak bosen, malah nagih. Rasanya kayak kena adrenaline rush terus-menerus. Gue sempat mikir, intensitas tertingginya bakal habis di episode 10–11. Ternyata enggak. Episode 1–11 itu ternyata cuma pemanasan buat puncak kegilaan di E12 sampai E14. Di titik itu, tensinya benar-benar di level yang bikin napas pendek.

Satu hal yang sangat membedakan The Pitt dari medical drama lain adalah penekanan besar pada isu kesehatan mental. Dan ini tidak cuma diarahkan ke pasien, tapi juga ke para nakesnya. Serial ini tegas menunjukkan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Trauma, kelelahan ekstrem, rasa bersalah, dan tekanan moral jadi bagian sehari-hari yang harus mereka telan tanpa banyak ruang untuk memprosesnya.

Dari The Pitt, gue juga belajar banyak hal—bukan cuma soal istilah medis. Gue jadi lebih paham bahwa dokter dituntut untuk netral, tidak boleh bias. Mau pasiennya penjahat, tunawisma, atau siapa pun, tetap harus dilayani dengan standar yang sama. Bahkan saat yang datang adalah kenalan sendiri, justru di situlah ujian terberatnya: secara naluri pasti ingin memberi perlakuan ekstra, tapi secara etika itu tidak boleh terjadi.

Dan satu lagi pelajaran keras: jadi dokter tidak boleh terlalu baper. Mereka harus bisa menurunkan kadar emosionalnya berkali-kali dalam sehari. Dimarahi keluarga pasien, menghadapi keputusan sulit, sampai menyaksikan kematian—semua itu adalah bagian dari rutinitas. Serial ini tidak meromantisasi hal-hal itu, tapi justru memperlihatkannya sebagai beban psikologis yang nyata.




Kesimpulan

Lewat The Pitt, rasa hormat gue ke tenaga kesehatan naik berkali-kali lipat. Bahkan di luar masa pandemi pun, mereka tetap adalah “superhero” yang sesungguhnya. Shift kerja nyaris 12 jam, intensitas kerja yang brutal, tekanan hidup-mati setiap menit—itu bukan sesuatu yang bisa dijalani semua orang.

Dan sekarang… kita harus nunggu Season 2 sampai Januari 2026 😭. Jujur ini penyiksaan kecil bagi penonton yang sudah dibuat ketagihan. Tapi kalau kualitasnya bisa dipertahankan seperti Season 1, rasanya penantian itu bakal sepadan.


Skor Sobekan Tiket Bioskop: 5/5
Cocok untuk: pecinta kisah drama medis





- ditonton di HBO Max -

Komentar