Athirah
Kehidupan Athirah menjadi goyah ketika suaminya menikah lagi dengan perempuan lain. Dalam kultur budaya yang memperbolehkan hal tersebut terjadi, sebagai perempuan Athirah tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya. Sementara itu, anak lelaki tertuanya Ucu (Jusuf Kalla) tidak tahu kepada siapa ia harus berpijak. Ibunya adalah seseorang yang penuh kesabaran, sementara ayahnya adalah sosok yang selalu ia kagumi. Athirah dan Ucu pun harus mengatasi perasaan masing-masing dengan caranya sendiri-sendiri.
Film terbaru dari duet maut sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana ini berdasarkan kisah nyata dari masa kecil Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang kemudian diangkat ke novel berjudul sama oleh Alberthiene Endah. Setelah Ada Apa dengan Cinta 2 (2016) yang bergenre populer dan terbukti meraup angka 3,6 juta penonton, rasanya lewat Athirah ini Riri dan Mira memanfaatkan idealisme mereka dalam menggarap film yang lebih condong ke ranah arthouse. Terasa jelas bagaimana film ini begitu banyak berbicara dalam bahasa gambar dan sangat minim dialog.
Tampak luarnya, tidak bisa dipungkiri lagi keahlian penata kamera Yadi Sugandi dalam menangkap aktor-aktris serta latar yang indah. Beliau benar-benar memanfaatkan otentisitas latar belakang Bone dan Makassar yang indah ketika seluruh pengambilan gambar diambil di Sulawesi Selatan. Latar belakagn tahun 50-60an pun terasa sangat kental dan meyakinkan, berkat penata artistik Eros Eflin yang cukup detil. Meski sayang dalam hal scoring, film ini terkesan hanya menggunakan dua komposisi musik yang diulang-ulang.
Bisa dimaklumi betapa sedikit layar dan jam penayangan yang didapatkan oleh film ini di berbagai bioskop tanah air. Meski tema yang diangkat adalah drama biografi dari orang yang terkenal, tetapi film ini dikemas dengan sangat artistik - dan cenderung tidak pop sehingga agak sulit diterima oleh orang banyak. Banyak adegan-adegan sunyi tanpa dialog, dan penonton harus menginterpretasi sendiri apa yang sedang terjadi pada layar. Adegan-adegan yang tampak luarnya tanpa makna atau tidak berhubungan dengan jalan cerita tersebut, ternyata menjadi remahan roti yang terbayarkan dengan baik di akhir film. Seperti kegalauan Ucu atau ketekunan Athirah membeli perhiasan emas.
Secara keseluruhan, Athirah adalah film yang sangat indah dalam kesederhanaannya. Keindahan latar belakang serta komposisi pengambilan gambar menjadi sangat artistik dan seindah sarung-sarung hasil tenun khas Sulawesi. Keindahan tersebut pun diperkaya dengan kesabaran yang luar biasa besar dari sang ibunda dari Jusuf Kalla, yang layak sekali menjadi panutan siapa saja yang menontonnya. Meski kemungkinan untuk sukses secara komersial akan kecil, bukan tidak mungkin film ini akan berjaya di sirkuit festival film berbagai negara - mewakili Indonesia dan membuat bangga warga Sulawesi Selatan.
Indonesia | 2016 | Arthouse / Biografi / Drama | 81 menit | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
8 dari 10
Pemenang:
- Film Terbaik,
- Sutradara Terbaik (Riri Riza),
- Pemeran Utama Wanita Terbaik (Cut Mini),
- Penulis Skenario Adaptasi Terbaik (Salman Aristo, Riri Riza),
- Pengarah Artistik Terbaik (Eros Eflin),
- Penata Busana Terbaik (Chitra Subyakto), Festival Film Indonesia, 2016
Nominasi:
- Penata Suara Terbaik (Satrio Budiono),
- Pengarah Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi),
- Lagu Tema Terbaik (Ruang Bahagia, Endah N Rhesa),
- Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Arman Dewarti), Festival Film Indonesia, 2016
- sobekan tiket bioskop tanggal 29 September 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
- review film athirah cut mini jusuf kalla
- review athirah cut mini jusuf kalla
- athirah cut mini jusuf kalla review
- resensi film athirah cut mini jusuf kalla
- resensi athirah cut mini jusuf kalla
- ulasan athirah cut mini jusuf kalla
- ulasan film athirah cut mini jusuf kalla
- sinopsis film athirah cut mini jusuf kalla
- sinopsis athirah cut mini jusuf kalla
- cerita athirah cut mini jusuf kalla
- jalan cerita athirah cut mini jusuf kalla
Komentar
Posting Komentar