Siksa Kubur - Review
Siksa Kubur di atas kertas punya premis yang sederhana; apakah siksa di dalam kubur itu nyata adanya? Kalau benar nyata, apakah siksaan itu berupa fisik atau bisa juga berupa psikis? Satu-satunya cara untuk membuktikan kebenaran siksa kubur adalah menguburkan diri hidup-hidup bersama seseorang yang paling kejam dan berdosa. Hal ini direpresentasikan oleh karakter utama film ini, Sita, yang punya trauma mendalam di hidupnya sehingga jadi apatis terhadap agama.
Untuk orang-orang yang bilang kalau film ini cukup membohongi penonton karena adegan siksa kubur hanya ada di 5 menit di akhir film, maka rasanya mereka tidak memahami 100% film ini. Ada sekian banyak interpretasi yang bisa diambil dari film ini, tergantung dari cara pandang penonton masing-masing. Interpretasi yang paling umum adalah 50% film ini adalah gambaran siksa kubur secara psikis dari Sita; panti jompo jadi berantakan, Adil punya perilaku menyimpang, dan melihat siksa kubur secara fisik.
Memberikan banyak lapisan plot terhadap satu premis sederhana jelas menjadi kejeniusan seorang Joko Anwar. Dalam satu film, dia bisa memberikan banyak interpretasi dan teori bagi para penonton. Belum lagi deretan easter egg yang disebarkan di setiap adegan yang bisa diartikan berhubungan dengan satu film ini atau bahkan beberapa film lainnya karya Joko Anwar. Memang intensi Joko Anwar untuk membuat satu film yang melahirkan diskusi dan perdebatan jauh setelah keluar dari studio bioskop.
Tapi untuk gue pribadi, sayangnya tidak terlalu menikmati pengalaman menonton Siksa Kubur di dalam bioskop. Yang pertama adalah karakter utama Sita yang sama sekali tidak melahirkan simpati gue. Karakter dan obsesinya yang keras bisa dibilang tidak relatable dan malah cenderung menyebalkan. Hal krusial ini yang membuat gue jadi seakan berjarak dengan filmnya sendiri.
Menonton film Siksa Kubur bagi gue ibarat masuk ke dalam rumah mewah untuk kemudian terkagum-kagum dengan semua benda yang dilihat mata dan didengar telinga. Kagum oleh desain produksinya, kagum oleh pewarnaannya, kagum oleh scoringnya yang membabi-buta. Tapi kekaguman itu tidak disertai dengan rasa dan asa, tidak disertai dengan keterikatan emosi dengan para karakter dan adegannya.
- sobekan tiket bioskop tanggal 19 April 2024 -
----------------------------------------------------------
review film siksa kubur joko anwar
review siksa kubur joko anwar
siksa kubur joko anwar movie review
siksa kubur joko anwar film review
resensi film siksa kubur joko anwar
resensi siksa kubur joko anwar
ulasan siksa kubur joko anwar
ulasan film siksa kubur joko anwar
sinopsis film siksa kubur joko anwar
sinopsis siksa kubur joko anwar
cerita siksa kubur joko anwar
jalan cerita siksa kubur joko anwar
Komentar
Posting Komentar