Dune: Part Two - Review


Setelah penantian 7 tahun, akhirnya kita bisa menonton kelanjutan kisah Lisan al Gaib. Dune: Part Two (2024) malah menjadikan Dune (2017) tampak seperti kurcaci. Entah mengapa novel Dune karya Frank Herbert yang dirilis tahun 1965 dipecah menjadi dua film yang nggak rata dan berimbang. Tapi mungkin ini memang keputusan kreatif mengingat dua film tersebut fokus pada tema besar yang berbeda; Dune Part One fokus pada tema fear dan Dune: Part Two fokus pada tema faith.

Ini adalah ulasan yang penuh spoiler, silakan lanjut kalau anda sudah menonton atau yang nggak masalah dengan spoiler. 

 Dune: Part Two jelas memperlihatkan semesta yang lebih luas dengan banyak karakter baru. ​Tapi yang gue sangat suka adalah tema besar yang berkembang dan terbilang mengarah ke arah yang berbeda. Dua film ini menutup filmnya dengan visual yang sama tapi dengan makna yang berbeda. Adegannya sama-sama close-up shot Chani yang diperankan Zendaya. Di film pertama, pandangan Chani bisa kita maknai sebagai pandangan hope atau ada harapan baru. Sedangkan di film kedua, pandangannya takut atau ragu akan hal apa yang akan datang. 


Ini jelas berhubungan dengan tema besar yang dibawa masing-masing film. Film pertama yang ceritanya fokus pada ketakutan dan keraguan Paul Atreides untuk menjadi Lisan al Gaib atau penyelamat bangsa Fremen dari penindasan. Untuk kemudian ditangkap oleh Chani sebagai simbol harapan. Sementara film kedua fokus pada iman dan keyakinan. Mulai dari keyakinan apakah Paul benar seorang Lisan al Gaib, sampai bagaimana caranya menyebarkan keyakinan tersebut ke rakyat banyak. Untuk kemudian Chani memandang hal tersebut dengan cara kengerian dan ketakutan karena melihat gelagat Paul sebagai lahirnya seorang diktator atau tirani.

Menurut gue, Dune: Part Two adalah film "How to be a Tyrant 101", sekaligus gambaran Indonesia di 10 tahun ke belakang. Bahkan menurut gue, kisah Dune: Part Two paralel dengan Star Wars Episode III: Revenge of the Sith. Luar biasanya, perasaan dan pemikiran penonton bisa berubah 180' dari awal sampai akhir film. Di awal film kita bisa merasa bahwa Paul Atreides adalah seorang pahlawan yang bisa membebaskan Fremen dari penjajahan. Tapi semua itu berubah ketika di akhir film, Paul Usul Muad'Dib tampil mengerikan layaknya seorang diktator. 


Pengembangan karakter yang 180' ini jelas jarang ada dalam suatu film, apalagi ini menyangkut karakter utama. Perjalanan from-hero-to-villain atau dari pahlawan menjadi penjahat ini bukanlah suatu hal yang bisa diceritakan dengan mudah. Pasti akan ada banyak titik plot cerita untuk mengarahkan karakter ini, dan semuanya digambarkan dalam satu film. Hanya maestro sineas seperti Denis Villeneuve yang bisa melakukannya.





- sobekan tiket bioskop tanggal 2 Maret 2024 -
----------------------------------------------------------
review film dune part two
review dune part two
dune part two movie review
dune part two film review
resensi film dune part two
resensi dune part two
ulasan dune part two
ulasan film dune part two
sinopsis film dune part two
sinopsis dune part two
cerita dune part two
jalan cerita dune part two

Komentar