Invisible Hopes - Review


Invisible Hopes ini nyaris invisible beneran di mata kalo gue nggak iseng buka-buka app TixID buat liat-liat lagi ada film apa aja di bioskop. Dari premisnya langsung memacu gue untuk segera nonton karena satu, film dokumenter di bioskop Indonesia rentan turun layar begitu cepat karena minat penonton yang sangat rendah untuk menonton film dokumenter di bioskop. Kedua karena gue emang lagi ngikutin serial Orange is the New Black yang gue cuma geleng-geleng kepala betapa "mewahnya" penjara di negara maju, yang gue tahu benar penjara di Indonesia keadaannya jauh memprihatinkan. 

Nah apa kabar nasib napi yang sedang hamil, baru melahirkan, dan membesarkan anak? Ini yang sama sekali nggak lewat di pikiran gue selama gue nonton Orange is the New Black itu. Ketika Invisible Hopes menawarkan jendela untuk mengintip kisah langka itu, jelas nggak akan gue lewatkan begitu saja. Benar saja, semua rasa penasaran gue terjawab dengan komprehensif meski nggak terlalu puas, lewat dokumenter debutan karya penulis, sutradara, dan produser Lamtiar Simorangkir.


Nonton dokumenter ini memang rada sulit karena tidak ada yang memandu jalannya cerita, jadi penonton harus merangkai semuanya sendiri. Nggak ada satu-dua napi yang "bertugas" untuk bercerita dan bernarasi, jadi kisah bergulir hanya dari keseharian mereka menjalani aktivitas di dalam penjara. Ya anggap aja lagi nonton film-film Eropa lah ya. Dokumenter ini dibagi dalam dua bagian; bagian pertama adalah bumil dan busui sementara bagian kedua adalah ibu dengan batita dan balita. 

Buat gue sih pahit banget ngeliat anak-anak yang konon terlahir tanpa dosa tapi tiba-tiba setelah lahir dan gede udah di dalam penjara aja gitu. Mereka salah apaaaa. Pertanyaan pertama pasti berupa "kok ya bisa bayi atau anak-anak dirawat di penjara, emang ga bisa dititipin ke keluarga?" Ya ternyata situasi keluarga nggak sesederhana itu. Mulai dari ayah yang kabur entah ke mana sampai orang tua atau saudara yang malu dengan kenyataan relasi mereka harus berada di balik jeruji besi. 


Satu kenyataan pahit ketika harus melahirkan dengan cara operasi Caesar dan si ibu nggak ada biaya, pihak Lapas pun nggak bisa menanggung biaya tersebut sehingga satu-satunya jalan keluar adalah dibebaskan. Yup, dibebaskan demi "melepas tanggung jawab" kelahiran sehingga tanggung jawab kelahiran tersebut kembali ke ibunya. Situasi yang kompleks yang udah nggak jelas lagi mana hitam mana putih.

Nonton dokumenter ini memang udah susah pakai kompas moral ya. Di satu sisi kok kasihan banget ibu-ibu ini susah banget membesarkan bayi dan anaknya di dalam penjara. Pemenuhan kebutuhan pokok seperti susu, makanan, dan popok sulit apalagi mereka yang berasal dari ekonomi bawah. Tapi di sisi lain mereka juga yang konsumsi dan jual-beli narkoba sehingga masuk penjara - ditambah pacar/suami mereka berhasil kabur tanpa jejak. Menyisakan satu korban; anak. 






- sobekan tiket bioskop tanggal 30 Mei 2021 -
----------------------------------------------------------
review film invisible hopes
review invisible hopes
invisible hopes movie review
invisible hopes film review
resensi film invisible hopes
resensi invisible hopes
ulasan invisible hopes
ulasan film invisible hopes
sinopsis film invisible hopes
sinopsis invisible hopes
cerita invisible hopes
jalan cerita invisible hopes

Komentar