Yowis Ben - Review
"Film berbahasa Jawa yang kocak dan menghibur, meski belum dapat memaafkan kekurangan segi aktingnya"
Setelah sekian lama menaksir Susan, Bayu harus mencari cara untuk membuktikan bahwa dirinya lebih berharga dari pacarnya. Bayu pun membentuk band yang fokus menyanyikan lagu-lagu orisinil berbahasa Jawa, bersama Doni, Yayan, dan Nando. Ternyata masing-masing personil Yowis Ben memiliki misinya sendiri dengan bergabung ke dalam band; ajang pembuktian diri sendiri terhadap orang tua dan orang-orang di sekitarnya.
Kehadiran film Yowis Ben memang menambah daftar panjang seleb Youtube yang dijadikan film. Tetapi film ini tampil menonjol dengan 90% berbahasa Jawa dengan latar belakang kota Malang. Hal ini memang senada dengan konsistensi Youtuber Bayu Skak yang selalu menggunakan bahasa Jawa dalam channel Youtube-nya. Sebagian unsur komedinya pun serta-merta diterjemahkan ke layar lebar; lelucon karakter dengan stereotipe "berbahasa Jawa itu kocak". Menariknya, lelucon yang mungkin hanya akan dipahami oleh orang Indonesia ini terbilang efektif dan sukses. Entah berapa kali gue menemukan diri gue tertawa terbahak-bahak, bahkan pada hal yang biasa saja tetapi cara si karakter ini mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bahasa Jawa yang terbilang kocak.
Beruntung film ini tampil sangat kocak dan menghibur, karena bisa menutupi kekurangan di segi akting yang nyaris menghinggapi semua karakter. Terkecuali Joshua Suherman yang tampil sangat bersinar dalam film ini, ditambah lagi betapa lancarnya dia berbahasa Jawa. Setiap kali dia muncul selalu mengundang tawa, sehingga kehadirannya di layar selalu dinanti-nantikan. Bahkan celetukan-celetukan kecil yang keluar darinya pun sangat kocak. Joshua jelas menyelamatkan film ini dari kekurangan akting yang ada di hampir semua lini, termasuk mereka yang berbahasa Jawa dengan kaku.
Segi ceritanya memang tipikal film-film remaja dengan percintaan di lingkungan sekolah. Tapi tidak disangka, Yowis Ben tampil dengan makna yang tidak dangkal; hubungan dengan teman, kekasih, dan orang tua. Terlihat konsistensi pengembangan karakter tentang hubungan ini, meski terbatas pada karakter Bayu dan Doni saja yang dibahas. Bisa dibilang dua karakter yang diperankan Bayu Skak dan Joshua Suherman ini yang menjadi titik utama cerita. Tetapi mungkin karena kasus sangkaan penistaan agama oleh Joshua dalam stand up comedy-nya membuat rumah produksi harus menghilangkan Joshua dari segala macam media promosi, terutama poster.
Indonesia | 2018 | Komedi | 99 menit | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 20 Februari 2018 -
----------------------------------------------------------
Setelah sekian lama menaksir Susan, Bayu harus mencari cara untuk membuktikan bahwa dirinya lebih berharga dari pacarnya. Bayu pun membentuk band yang fokus menyanyikan lagu-lagu orisinil berbahasa Jawa, bersama Doni, Yayan, dan Nando. Ternyata masing-masing personil Yowis Ben memiliki misinya sendiri dengan bergabung ke dalam band; ajang pembuktian diri sendiri terhadap orang tua dan orang-orang di sekitarnya.
Kehadiran film Yowis Ben memang menambah daftar panjang seleb Youtube yang dijadikan film. Tetapi film ini tampil menonjol dengan 90% berbahasa Jawa dengan latar belakang kota Malang. Hal ini memang senada dengan konsistensi Youtuber Bayu Skak yang selalu menggunakan bahasa Jawa dalam channel Youtube-nya. Sebagian unsur komedinya pun serta-merta diterjemahkan ke layar lebar; lelucon karakter dengan stereotipe "berbahasa Jawa itu kocak". Menariknya, lelucon yang mungkin hanya akan dipahami oleh orang Indonesia ini terbilang efektif dan sukses. Entah berapa kali gue menemukan diri gue tertawa terbahak-bahak, bahkan pada hal yang biasa saja tetapi cara si karakter ini mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bahasa Jawa yang terbilang kocak.
Beruntung film ini tampil sangat kocak dan menghibur, karena bisa menutupi kekurangan di segi akting yang nyaris menghinggapi semua karakter. Terkecuali Joshua Suherman yang tampil sangat bersinar dalam film ini, ditambah lagi betapa lancarnya dia berbahasa Jawa. Setiap kali dia muncul selalu mengundang tawa, sehingga kehadirannya di layar selalu dinanti-nantikan. Bahkan celetukan-celetukan kecil yang keluar darinya pun sangat kocak. Joshua jelas menyelamatkan film ini dari kekurangan akting yang ada di hampir semua lini, termasuk mereka yang berbahasa Jawa dengan kaku.
Segi ceritanya memang tipikal film-film remaja dengan percintaan di lingkungan sekolah. Tapi tidak disangka, Yowis Ben tampil dengan makna yang tidak dangkal; hubungan dengan teman, kekasih, dan orang tua. Terlihat konsistensi pengembangan karakter tentang hubungan ini, meski terbatas pada karakter Bayu dan Doni saja yang dibahas. Bisa dibilang dua karakter yang diperankan Bayu Skak dan Joshua Suherman ini yang menjadi titik utama cerita. Tetapi mungkin karena kasus sangkaan penistaan agama oleh Joshua dalam stand up comedy-nya membuat rumah produksi harus menghilangkan Joshua dari segala macam media promosi, terutama poster.
Indonesia | 2018 | Komedi | 99 menit | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating Sobekan Tiket Bioskop:
- sobekan tiket bioskop tanggal 20 Februari 2018 -
----------------------------------------------------------
- review film yowis ben band bayu skak
- review yowis ben band bayu skak
- yowis ben band bayu skak movie review
- yowis ben band bayu skak film review
- resensi film yowis ben band bayu skak
- resensi yowis ben band bayu skak
- ulasan yowis ben band bayu skak
- ulasan film yowis ben band bayu skak
- sinopsis film yowis ben band bayu skak
- sinopsis yowis ben band bayu skak
- cerita yowis ben band bayu skak
- jalan cerita yowis ben band bayu skak
Komentar
Posting Komentar