The Company Men

Sobekan tiket bioskop tertanggal 12 Maret 2011 adalah The Company Men. Tidak ada alasan khusus mengapa gue tertarik untuk menonton film ini selain karena posternya yang menarik. Ketertarikan itu juga didukung oleh barisan cast yang lumayan menjanjikan, sebut saja Ben Affleck, Chris Cooper, Kevin Costner, dan Tommy Lee Jones.

Disaat resesi ekonomi melanda AS di tahun 2010, sebuah perusahaan besar harus memecat ribuan karyawan. Bobby Walker (Affleck) seorang pekerja level menengah keatas, Phil Woodward (Cooper) yang berada di level manajemen, dan Gene McClary (Jones) yang seorang vice president pada perusahaan tersebut. Lihat bagaimana ketiga orang ini menghadapi pemecatan dan perubahan drastis pada hidup mereka.

Ini adalah sebuah film yang cukup menyeluruh dalam menggambarkan jungkir-baliknya kehidupan seorang pekerja kerah putih yang telah settled, bergaji tinggi, dan terbilang sukses. Walaupun fiksi, tapi gue yakin kejadian-kejadian yang dialami oleh ketiga karakter kita kurang lebih terjadi pada ribuan pekerja yang terkena pemecatan massal akibat resesi global yang terjadi di tahun 2010. Mungkin film ini bisa dibilang adalah cerita versi naratifnya tentang para korban resesi ekonomi dari dokumenternya Michael Moore, Capitalism: A Love Story.


Menarik bagaimana melihat orang-orang kerah putih dan berdasi setiap hari ini dalam menghadapi krisis ekonomi di tingkat mikro. Seperti yang gue duga; gengsi, image, dan harga diri adalah suatu hal yang dijunjung tinggi oleh orang-orang seperti ini. Mereka yang sudah terbiasa untuk hidup yang mencerminkan tingkat kesuksesan mereka harus terpaksa untuk meninggalkan gaya hidup tersebut, sebut saja golf, mobil mewah, rumah mewah, dan pesawat pribadi. Gue juga sangat mengerti bahwa di umur-umur mereka yang terbilang sudah cukup uzur (karakter paling muda kita, Bobby Walker, berumur 37 tahun dan harus menghidupi seorang istri dan dua anak), sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru. Seperti yang dikatakan oleh seorang karakter di film, dunia pekerjaan lebih memprioritaskan pekerja-pekerja yang lebih segar yang baru lulus dari universitas. Belum lagi orang-orang yang berasal dari level menengah keatas ini, demi menjaga harga diri, ternyata cukup pemilih dalam mencari pekerjaan baru. Namun ketika kondisi bertahan hidup sudah di depan mata, tampaknya apapun dan bagaimanapun pekerjaannya mau tidak mau harus diambil dan dijalani.
gambar diambil dari sini
Film ini memang tentang drama kehidupan, khususnya tentang bagaimana seorang pekerja korporat yang harus mau menurunkan strata ekonominya akibat resesi ekonomi global. Kita diberi gambaran bagaimana setiap sisi kehidupan bereaksi terhadap sikon tersebut; keluarga, perusahaan, dan dunia kerja yang lain. Berhubung gue sama sekali buta dengan istilah-istilah ekonomi (tanpa subtitle pula kan), tapi gue lumayan bisa mengikuti apa yang sedang terjadi di layar. Itu juga karena gue hanya menaruh fokus pada sisi dramanya saja.

Rating?
7 dari 10

Komentar