Hacks - Series Review


Sinopsis

Hacks adalah serial komedi-drama HBO Max yang mengisahkan hubungan kerja antara seorang stand-up comedian senior legendaris dan seorang penulis muda amatir yang mencoba bertahan di kerasnya industri hiburan Amerika Serikat. Dalam empat season-nya, Hacks menelusuri dinamika mentor–murid yang penuh konflik, ambisi, ego, dan ketergantungan emosional, dengan latar dunia hiburan yang kejam, diskriminatif, dan sarat permainan kuasa. Serial ini dikenal sebagai salah satu komedi paling tajam secara sosial dan emosional di era modern, terbukti lewat raihan total 12 piala Emmy untuk kategori bergengsi seperti Best Acting, Writing, dan Best Comedy Series.


Ulasan

Akhirnya gue beres juga nonton Hacks sampai Season 4, dan jujur: gila, ini series memang keren banget. Sekarang gue paham kenapa total pialanya bisa segila itu. Ini bukan sekadar serial lucu, tapi komedi yang punya kedalaman emosi, kritik sosial yang tajam, dan dinamika karakter yang luar biasa kompleks. Tiap season berisi sekitar 8–10 episode dengan durasi hampir satu jam, tapi entah kenapa rasanya selalu “cepat habis”.


Secara garis besar, Hacks bercerita tentang Deborah Vance, seorang komedian senior yang sudah puluhan tahun makan asam garam dunia hiburan, dan Ava, penulis muda yang masih amatir, idealis, dan penuh kegelisahan generasi baru. Hubungan mereka tidak pernah stabil. Kadang seperti mentor dan murid, kadang seperti rekan kerja, kadang seperti musuh bebuyutan. Tapi justru dari benturan itulah ide-ide segar lahir. Ava membawa sudut pandang baru yang sesuai zaman, sementara Deborah membawa pengalaman, insting panggung, dan mental baja yang hanya bisa dimiliki orang yang sudah terlalu lama bertahan di industri kejam ini.

Yang menarik, setiap season Hacks selalu punya goal besar yang jelas. Tidak berputar-putar tanpa arah. Mulai dari ambisi membuat stand-up comedy special, sampai tujuan besar berikutnya: menjadikan Deborah sebagai pemandu late night show—dan itu sebagai perempuan pertama. Ambisi ini yang membuat hubungan mereka terus diuji. Perjuangannya naik turun, penuh drama, pengorbanan, dan keputusan yang sering kali salah. Dan justru karena itu, kisahnya terasa hidup.


Seperti halnya The Studio, Hacks juga keras menyentil industri hiburan Amerika Serikat. Salah satu fokus terkuatnya adalah bagaimana posisi perempuan masih sering ditempatkan sebagai “objek penderita”, bahkan di era yang katanya sudah sangat modern. Banyak keputusan karier Deborah dipengaruhi oleh eksekutif-eksekutif pria yang sewenang-wenang, manipulatif, dan penuh kepentingan. Nontonnya sering bikin gemas sekaligus emosi—terutama melihat bagaimana kreativitas dan martabat harus dikompromikan demi rating dan kekuasaan.

Dengan dua karakter utama yang beda generasi jauh, kita juga diajak melihat benturan zaman yang sangat relevan hari ini. Yang satu harus belajar memahami kultur woke, bahasa baru, dan sensitivitas generasi sekarang. Yang satu lagi harus bersabar menghadapi pola pikir lama yang kolot, konservatif, dan penuh bias. Benturan ini sering kali melahirkan konflik, tapi juga komedi yang cerdas dan menyentil. Lucunya, kita bisa tertawa sekaligus merasa “tertampar” di saat yang sama.


Hal lain yang cukup mengganggu sekaligus menarik adalah bagaimana Hacks menggambarkan hubungan kerja yang menurut gue toxic. Deborah dan Ava jelas saling melengkapi. Kalau bekerja sama dengan sehat, output mereka selalu luar biasa. Tapi di saat yang sama, mereka juga sama-sama sering menyabotase hubungan itu—entah lewat ego, trauma masa lalu, atau rasa takut kehilangan kendali. Mereka butuh satu sama lain, tapi juga sering saling melukai. Drama mereka bukan drama murahan, tapi drama psikologis yang terasa sangat manusiawi.

Di titik ini, Hacks bekerja bukan hanya sebagai serial tentang dunia komedi, tapi juga tentang relasi kuasa, ketergantungan emosional, pencarian validasi, dan rasa takut menjadi usang di dunia yang bergerak terlalu cepat. Deborah takut dilupakan. Ava takut tidak pernah dianggap cukup. Dua ketakutan itu saling berkelindan dan menciptakan hubungan kerja yang intens, penuh ledakan emosi.

Buat gue, kekuatan terbesar Hacks ada pada kemampuannya menyeimbangkan humor dan kepedihan. Kita bisa tertawa terbahak di satu adegan, lalu beberapa menit kemudian merasa sesak karena melihat luka batin karakternya. Ini bukan komedi yang “asal lucu”, tapi komedi yang punya jiwa.





Kesimpulan

Setelah menamatkan empat season-nya, gue bisa bilang: wajar sekali kalau Hacks menyapu bersih banyak penghargaan. Ini adalah salah satu serial langka yang sukses jadi lucu, emosional, tajam secara sosial, dan kuat secara karakter sekaligus. Drama banget, iya. Toxic, iya. Tapi justru di sanalah ia terasa jujur.

Dan sekarang… yang tersisa tinggal satu hal: nunggu kelanjutannya sambil berharap hubungan Deborah dan Ava akhirnya menemukan bentuk yang lebih sehat—meski mungkin, dunia Hacks memang tidak pernah dirancang untuk benar-benar “sehat”.


Skor Sobekan Tiket Bioskop: 4/5
Cocok untuk: pecinta drama komedi di balik layar industri hiburan




- ditonton di HBO Max -

Komentar