Wedding in Basarabia
Cinta memang tidak mengenal jarak dan waktu. Tapi ternyata upacara pernikahan - yang berdasarkan cinta - mengenal adanya perbedaan adat istiadat. Apalagi ditambah dengan sejarah (kelam) yang ada antara kewarganegaraan kedua mempelai. Mari kita terbang ke Eropa Timur, dimana ada negara Romania dan Moldova yang berbatasan satu sama lain. Kedua negara ini menggunakan bahasa yang sama, tetapi ternyata tidak dengan budaya dan adat istiadat, khususnya dalam upacara pernikahan. Film tahun 2009 asal Romania dan Moldova ini menggambarkan permasalahan yang muncul dengan bumbu humor, Wedding in Basarabia (Judul asli: Nunta in Basarabia).
Vlad dan Vika adalah sepasang kekasih yang telah memutuskan untuk menikah. Berhubung pernikahan yang mereka adakan di Romania tidak dihadiri oleh keluarga Vika, maka mereka pun bersedia untuk mengulangi pernikahan mereka di kampung halaman Vika, di kota Basarabia di negara tetangga Moldova. Masalah perbedaan sempat muncul bagi Vlad yang berkebangsaan Romania yang hanya bisa berbahasa Romania, tidak seperti kebanyakan rakyat Moldova, seperti Vika, yang bisa berbahasa Romania dan Rusia dengan lancar. Di negara bekas okupasi Uni Soviet itu, percintaan antara Vlad dan Vika akan diuji kembali terutama setelah mereka berdua mengalami langsung bagaimana sakit hati generasi diatas mereka tentang masa lalu Romania dan Moldova.
Tadinya gue memiliki kekhawatiran tidak akan bisa menonton film ini dengan nyaman jika tidak mengetahui lebih dulu sejarah antara Romania dengan Moldova. Tetapi ternyata film ini mampu bercerita pada penonton "awam" yang tidak memiliki modal pengetahuan tentang dua negara yang berbatasan tersebut. Dari awal sampai penghujung film, penonton diberikan pengetahuan baru sedikit demi sedikit untuk dapat memahami apa yang sedang terjadi di layar. Pencinta bahasa asing pun tidak perlu sibuk menerka bahasa apa yang sedang digunakan, karena hampir keseluruhan film ini menggunakan bahasa Romania (Moldova juga menggunakan bahasa Romania, tetapi secara politis disebut bahasa Moldova - walaupun bunyi dan penulisannya sama). Hanya sedikit bahasa Rusia yang keluar dalam film ini, dan perbedaannya pun cukup jelas. Mungkin pembuat film sadar betapa beratnya untuk mengangkat tema xenophobia dalam suatu film, lalu mereka membubuhkan unsur humor dalam film ini. Humor yang ada memang berhasil mengangkat film ini menjadi lebih menarik, namun tidak sedikit pula humor-humor satire yang ada dalam film ini.
Negara Moldova memang memiliki akar budaya yang sangat dekat dengan Romania. Namun sebagian wilayah timur Moldova, khususnya daerah Basarabia (Bessarabian), menjadi daerah perebutan antara Romania dengan Uni Soviet sejak jaman Kekaisaran Ottoman sampai Perang Dunia II. Sekarang, daerah ini menjadi daerah perbatasan dengan Ukraina. Maka tidak heran jika sebagian besar penduduknya bisa berbahasa Romania dan Russia sekaligus. Ketakutan yang berlebih terhadap orang asing (xenophobia) mungkin menghinggapi banyak orang disini, mengingat daerahnya yang cukup sering diokupasi oleh negara lain. Mungkin ketakutan tersebut secara khusus diarahkan pada bangsa Romania, yang diwakili oleh beberapa karakter dari keluarga Vika, yang menganggap bangsa Romania menelantarkan "saudara serumpun" ketika Moldova jatuh lebih dulu ke tangan besi Uni Soviet.
Diluar berbagai catatan sejarah yang tergambar lewat beberapa dialog, pada umumnya film ini cukup menghibur dan menambah pengetahuan pada khususnya. Penonton diperlihatkan bagaimana tradisi upacara pernikahan bergaya Moldova yang unik, penuh dengan tarian dan musik tradisional, serta banyak "ang pao" versi Moldova. Mulai dari "dansa lemon", upacara belah roti, sampai dengan kuis untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masing-masing mempelai terhadap pasangannya.
Jelas merupakan kesempatan emas bagi gue untuk dapat menyaksikan film ini di Indonesia, selain sulitnya akses untuk menonton film-film Eropa apalagi film dari negara kecil seperti Romania dan Moldova. Film adalah sebuah jendela untuk menyaksikan secara visual suatu kisah yang terjadi di suatu tempat, dan film ini jelas merupakan jendela akan apa yang terjadi di belahan Eropa timur sana.
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tertanggal 7 November 2011 edisi Europe on Screen -
Vlad dan Vika adalah sepasang kekasih yang telah memutuskan untuk menikah. Berhubung pernikahan yang mereka adakan di Romania tidak dihadiri oleh keluarga Vika, maka mereka pun bersedia untuk mengulangi pernikahan mereka di kampung halaman Vika, di kota Basarabia di negara tetangga Moldova. Masalah perbedaan sempat muncul bagi Vlad yang berkebangsaan Romania yang hanya bisa berbahasa Romania, tidak seperti kebanyakan rakyat Moldova, seperti Vika, yang bisa berbahasa Romania dan Rusia dengan lancar. Di negara bekas okupasi Uni Soviet itu, percintaan antara Vlad dan Vika akan diuji kembali terutama setelah mereka berdua mengalami langsung bagaimana sakit hati generasi diatas mereka tentang masa lalu Romania dan Moldova.
Tadinya gue memiliki kekhawatiran tidak akan bisa menonton film ini dengan nyaman jika tidak mengetahui lebih dulu sejarah antara Romania dengan Moldova. Tetapi ternyata film ini mampu bercerita pada penonton "awam" yang tidak memiliki modal pengetahuan tentang dua negara yang berbatasan tersebut. Dari awal sampai penghujung film, penonton diberikan pengetahuan baru sedikit demi sedikit untuk dapat memahami apa yang sedang terjadi di layar. Pencinta bahasa asing pun tidak perlu sibuk menerka bahasa apa yang sedang digunakan, karena hampir keseluruhan film ini menggunakan bahasa Romania (Moldova juga menggunakan bahasa Romania, tetapi secara politis disebut bahasa Moldova - walaupun bunyi dan penulisannya sama). Hanya sedikit bahasa Rusia yang keluar dalam film ini, dan perbedaannya pun cukup jelas. Mungkin pembuat film sadar betapa beratnya untuk mengangkat tema xenophobia dalam suatu film, lalu mereka membubuhkan unsur humor dalam film ini. Humor yang ada memang berhasil mengangkat film ini menjadi lebih menarik, namun tidak sedikit pula humor-humor satire yang ada dalam film ini.
Negara Moldova memang memiliki akar budaya yang sangat dekat dengan Romania. Namun sebagian wilayah timur Moldova, khususnya daerah Basarabia (Bessarabian), menjadi daerah perebutan antara Romania dengan Uni Soviet sejak jaman Kekaisaran Ottoman sampai Perang Dunia II. Sekarang, daerah ini menjadi daerah perbatasan dengan Ukraina. Maka tidak heran jika sebagian besar penduduknya bisa berbahasa Romania dan Russia sekaligus. Ketakutan yang berlebih terhadap orang asing (xenophobia) mungkin menghinggapi banyak orang disini, mengingat daerahnya yang cukup sering diokupasi oleh negara lain. Mungkin ketakutan tersebut secara khusus diarahkan pada bangsa Romania, yang diwakili oleh beberapa karakter dari keluarga Vika, yang menganggap bangsa Romania menelantarkan "saudara serumpun" ketika Moldova jatuh lebih dulu ke tangan besi Uni Soviet.
Diluar berbagai catatan sejarah yang tergambar lewat beberapa dialog, pada umumnya film ini cukup menghibur dan menambah pengetahuan pada khususnya. Penonton diperlihatkan bagaimana tradisi upacara pernikahan bergaya Moldova yang unik, penuh dengan tarian dan musik tradisional, serta banyak "ang pao" versi Moldova. Mulai dari "dansa lemon", upacara belah roti, sampai dengan kuis untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masing-masing mempelai terhadap pasangannya.
Jelas merupakan kesempatan emas bagi gue untuk dapat menyaksikan film ini di Indonesia, selain sulitnya akses untuk menonton film-film Eropa apalagi film dari negara kecil seperti Romania dan Moldova. Film adalah sebuah jendela untuk menyaksikan secara visual suatu kisah yang terjadi di suatu tempat, dan film ini jelas merupakan jendela akan apa yang terjadi di belahan Eropa timur sana.
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tertanggal 7 November 2011 edisi Europe on Screen -
Komentar
Posting Komentar