Somewhere
Seorang aktor Hollywood yang sukses, Johnny Marco, tinggal untuk beberapa lama di sebuah hotel yang biasa ditinggali oleh orang-orang terkenal, Chateau Marmont di Los Angeles. Johnny mengisi kebosanannya diantara pekerjaannya dengan minum-minum, pesta-pesta, dan wanita yang berganti-ganti setiap malam. Suatu saat istrinya datang untuk menitipkan putrinya yang berumur 11 tahun, Cleo. Kehadiran putrinya yang tidak disangka-sangka di dalam kehidupannya, Johnny pun harus mulai menentukan arah hidupnya.
Seperti ketiga filmnya terdahulu, Coppola kembali mengangkat tema langganan dan favoritnya; keterisolasian, keterasingan, dan kekosongan dalam hidup. Ccerita kali ini kembali seputar tentang aktor terkenal, tidak seperti Bob Harris yang "terdampar" di Tokyo, namun seorang aktor di negaranya sendiri dan dengan berbagai kebiasaan orang-orang terkenal di Hollywood. Kalau di Lost in Translation, Coppola menggambarkan interaksi antar-karakter yang cenderung awkward dengan perbedaan umur yang jauh, pada film ini Coppola menggunakan formula yang sama hanya lebih tegas dan jelas pada hubungan antar kedua karakter; ayah dan anak.
Sekali lagi, Coppola kembali menggambarkan hotel sebagai simbol dari keterasingan dalam hidup. Hotel yang tadinya ditujukan sebagai tempat pelarian, yang kemudian terpaksa digunakan sebagai tempat dimana si karakter utama harus membangun relasi dengan karakter kedua. Dimana film ini menitikberatkan bagaimana Johnny yang berusaha membangun relasi kembali dengan Cleo, di tengah-tengah kehidupan glamornya dan kebiasaan meniduri wanita-wanita yang berbeda. Salah satu hal yang menarik yang gue temukan di internet adalah ternyata Coppola menulis cerita ini sebagai ekstensi dan dramatisasi berdasarkan hubungan antara dia dan ayahnya, Francis Ford Coppola, semasa kecilnya. Bagaimana dulu ayahnya cenderung memilih tinggal sementara di hotel untuk menulis naskah (mungkin sedang menulis The Godfather mungkin ya? ;p) untuk menjauhi distraksi-distraksi yang ada kalau berada di rumah, dan tidak jarang membawa Sofia kecil bersamanya.
Sentuhan-sentuhan Sofia Coppola dalam membuat film "sepi" dan awkward pun tidak serta-merta hilang begitu saja. Malah menurut gue, di film ini Coppola terlihat sangat bebas dalam bereksplorasi dan berani untuk menampilkan adegan-adegan yang benar-benar sepi, tanpa dialog sama sekali - yang walaupun ada dua karakter yang terlibat namun akan terasa canggung. Coppola pun cukup konsisten dalam menampilkan adegan-adegan tersebut, dari opening scene sampai ending scene. Luar biasanya, seperti film-filmnya terdahulu, adegan-adegan sepi tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan karakter di sepanjang jalan cerita. Ya, untuk mengetahui kedalaman suatu karakter memang tidak melulu dengan dialog saja, bahkan dengan aktivitas-aktivitas yang bagi kita kurang penting sekalipun ternyata bisa menggambarkan kedalaman karakter tersebut. Menurut gue, film plotless yang dipenuhi oleh berbagai macam adegan random, bagi gue serasa membaca scrapbook yang dijadikan dalam bentuk audio-visual namun dikemas secara indah dan artistik.
gambar diambil dari sini |
![]() |
gambar diambil dari sini |
Realistik. Itu salah satu kata yang muncul dalam kepala gue untuk menggambarkan film ini dalam beberapa kata. Selain karena setiap lokasi disyuting di tempat aslinya, tidak ada pula dramatisasi yang berlebihan pada setiap adegan. Mungkin untuk alasan realistik itu juga kenapa Coppola memilih Dorff sebagai karakter utamanya, dimana di Public Enemies pun gue engga menyadari kehadiran Stephen Dorff sebagai salah satu castnya. Ini yang terjadi pada gue ketika nonton London Boulevard dimana Keira Knightley memerankan seorang artis Inggris yang dikejar-kejar paparazzi, sepanjang film sulit bagi gue untuk mendalami karakter yang diperankannya karena bias oleh image yang sudah gue miliki tentang dia. Sedangkan Dorff yang sebelumnya gue sama sekali belum pernah tahu dan lihat, cukup enak untuk mendalami dari nol.
gambar diambil dari sini |
Film yang baru saja memenangi Golden Lion, penghargaan tertinggi di Venice Film Festival, ini rasanya tidak berlebihan kalau gue jagokan untuk beraksi di ajang Academy Awards. Minimal di nominasi Best Original Screenplay untuk Sofia Coppola (walaupun rasanya harus senggol-senggolan dengan Christopher Nolan dengan Inception-nya) yang memang menulis sendiri cerita ini.
Film plotless yang sepi dan cenderung awkward namun memiliki nilai realistis yang tinggi, yang dibungkus secara manis dan artistik ini mungkin akan membawa pengertian yang berbeda jika ditonton lagi beberapa tahun mendatang. Walaupun sulit untuk tidak merasakan jatuh cinta pada tontonan pertama terhadap film ini.
Sit me down,Rating?
Shut me up,
i'll calm down,
and i'll get along with you,
The Strokes - I'll Try Anything Once
9,5 of 10
mau nanya, klo formula yang di gunakan untuk menghitung rating di sini rumusnya seperti apa ya.
BalasHapus