Conclave - Review
Film ini dimulai dengan adegan yang sangat intens; Paus mangkat! Sede vacante, bahasa latin dari "Tahta Suci kosong", setiap liturgi dan kebiasaan ketika Paus meninggal di dunia dalam film ini sangat akurat dengan aslinya. Sebenarnya nyaris seluruh film ini cukup akurat menggambarkan kebiasaan Vatikan dalam memilih Paus baru, sebuah tradisi yang berumur dua ribu tahun lebih. Jadi betapa senangnya gue bisa melihat lebih dalam apa yang terjadi dalam Vatikan selama Conclave, yang biasanya selama ini tertutup di balik tembok yang rapat.
Siapa yang mengira film drama tentang ratusan orang tua yang melakukan pemilihan tertutup bisa seseru dan semenegangkan ini? Semua ini berkat naskah ciamik dari Peter Straughan yang memberikan sekaligus mengupas setiap misteri dan konspirasi yang muncul setiap menitnya. Ini juga didukung oleh scoring yang luar biasa intens dan tegang dari komposer Volker Bertelmann. Musiknya pol banget berasa film horor atau thriller, tapi sukses banget bikin pengalaman menonton yang tegang.
Ceritanya sendiri lagi-lagi menabrakkan kubu konservatif dengan progresif, seperti film The Two Popes (2019). Film ini jelas bermain-main di ranah what if berlandaskan kejadian nyata; siapa kira-kira yang menggantikan Paus Fransiskus yang progresif ketika beliau mangkat? Apakah para kardinal akan memilih seseorang yang konservatif untuk menyeimbangkan gereja, atau tetap memilih seseorang yang progresif agar tetap bisa mengikuti perkembangan zaman? Tapi film ini sudah menempatkan dirinya sebagai bagian dari progresif ke arah perubahan gereja.
--- SPOILER DIMULAI ---
Karakter utama kita Kardinal Lawrence digambarkan sebagai seorang yang progresif, meski beberapa kali dia bersikeras untuk menaati peraturan gereja. Satu dua kali dia menolak diberi tahu ada kejadian apa di luar Vatikan ketika dalam masa isolasi Konklaf. Tapi dia tergerak juga moralnya untuk menginvestigasi salah satu kardinal yang dia curigai.
Selain itu gue suka sekali dengan beberapa simbol yang ada dalam film ini, terutama dua adegan di akhir film. Yang pertama adegan Kardinal Lawrence menemukan kura-kura dan mengembalikannya ke dalam kolam. Kura-kura adalah simbol penting dari kebijaksanaan. Bisa jadi kura-kura ini adalah simbol dari Gereja Katolik; tua, kuat, dan berjalan lambat, tapi bijaksana dan bisa menyesuaikan diri dengan zaman.
Adegan terakhir adalah dua perempuan yang keluar dari pintu sambil tertawa riang, kemudian pintu perlahan menutup. Kita tahu betapa peran perempuan cukup direduksi di Gereja Katolik, tapi dalam adegan ini digambarkan perempuan yang bergerak maju dengan ceria. Bisa diartikan ini adalah harapan bagi para perempuan dalam Gereja Katolik, terutama setelah punya pemimpin baru Bapa dan Ibu Gereja Katolik.
- sobekan tiket bioskop tanggal 26 Februari 2025 -
----------------------------------------------------------
review film conclave
review conclave
conclave movie review
conclave film review
resensi film conclave
resensi conclave
ulasan conclave
ulasan film conclave
sinopsis film conclave
sinopsis conclave
cerita conclave
jalan cerita conclave
Komentar
Posting Komentar