Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Dua Garis Biru - Review

Gambar
"Dua Garis Biru adalah film Indonesia terbaik versi gue di tahun ini, so far!" Dua Garis biru itu indah, indah banget. Ibarat lo lagi duduk di sofa empuk di sebelah jendela, sambil dengerin Biru-nya Banda Neira, yang tadinya hujan gerimis lalu berhenti kemudian berganti samar senja sore yang keemasan. Sedih kenapa harus berganti, meski masih sama-sama indah. Gue nggak pernah se-emosional ini nonton film Indonesia sebelumnya. Hati adem, anget, terus sedih sampe netesin air mata, abis itu ngakak. Gilak, gue aja baru tahu kalo ternyata gue bisa nangis sambil ketawa di satu adegan yang sama 👏🏼👏🏼👏🏼 Tapi gue bener-bener suka banget sama Dua Garis Biru. Nggak kaya film-film Starvision sebelumnya, gue suka banget sama gambarnya, sama color gradingnya yang adem, sama shot-shotnya yang cantik banget, sama scoringnya dan pilihan soundtrack yang nyatu banget sama adegannya, sama akting-aktingnya juga yang nggak dramatis dan sukses bikin nangis! Aslik yah baru seperempat fil...

Parasite - Review

Gambar
"Parasite adalah karya seni terkuat yang pernah gue alami" PARASITE ADALAH FILM TERBAIK GUE TAHUN 2019 - sejauh ini! Parasite itu salah satu film yang membuat gue lupa kalau gue sedang ada di bioskop dan menonton film. Beneran, pas film selesai dan lampu studio menyala, gue baru sadar kalau gue lagi ada di bioskop. Yes, bukan lagi tersepona tapi sudah sampai kategori merasuki dan menyerap! Seakan-akan gue berada di tengah-tengah drama komedi tragis keluarga gila ini. Jalan ceritanya bener-bener segar dan tiada duanya, jadi tambah bikin asyik karena gue sama sekali nggak tahu mau dibawa ke mana. Apalagi trailer dan poster sama sekali nggak membantu buat ngasih tahu ini film tentang apa. Dark, satire, tapi tetap bisa bikin ngakak meski hati pilu. Apalagi dengan isu kelas sosial yang sangat kental khas sutradara dan penulis naskah Bong Joon-ho, yang secara mengejutkan kok ya masih relatable ke situasi sosial di Indonesia. Gue sih suka banget dengan metafora isu kelas sosial...

Toy Story 4 - Review

Gambar
"Siapa yang sangka pelajaran hidup paling menyentuh hati datang dari film animasi, di sekuel keempat pula!" Gue yakin kalau gue bukan satu-satunya penonton yang mewek sampai air mata netes pas nonton Toy Story 4 kemarin. Siapa yang nyangka kalau ternyata di franchise Toy Story, ada adegan yang jauh lebih sedih daripada adegan Woody dan teman-temannya yang gandengan menghadapi kobaran api di trash compactor di Toy Story 3  (2010)? Apapun itu, kalau sudah sejauh itu larut dalam emosi terhadap kisah yang ada di layar, artinya storytelling telah dilakukan dengan sukses. Ya mungkin juga investasi emosi itu sudah terjalin bertahun-tahun; jarak 11 tahun antara rilis TS2 dan TS3, dan jarak 9 tahun antara rilis TS3 dan TS4. Ini juga menegaskan bahwa setiap sekuel dari Toy Story selalu jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Cerita Toy Story 4 memang paralel dengan Toy Story (1995); Woody meyakinkan sebuah mainan baru yang yakin dirinya bukan mainan (Buzz - dan kemudian Forky). Na...

Ghost Writer - Review

Gambar
"Film langka yang mengangkat tema drama keluarga kakak-adik dengan kemasan horor-komedi yang sangat apik!" Awalnya sih gue sempet sangsi ya setelah ngeliat materi promo mereka di poster dan trailer. Tapi ya gak boleh gitu juga mentah-mentah kemakan marketing. Lagipula don't judge a film by its trailer yekaan. Setelah membaca review beberapa teman yang terpercaya, ternyata rata-rata positif. Memang bener, Ghost Writer langsung jadi film Lebaran favorit gue tahun ini! Kalau nama Ernest Prakasa sebagai produser di film ini belum cukup untuk meyakinkan elo, mari gue bantu #esiapague. Dengan niat yang sama dengan film Lebaran sebelah yang mencampurkan gendere komedi dengan action, Ghost Writer juga mencampurkan komedi dengan horror yang sebenarnya bukan hal yang baru di perfilman nasional. Tapi setidaknya Ghost Writer berhasil menjadi patokan baru bagi genre komedi-horor dengan cerita yang sangat bermakna dan menyentuh hati.