Venom - Review
"Tom Hardy tidak hanya menyelamatkan orang-orang yang tidak bersalah, tetapi juga menyelamatkan film ini"
Eddie Brock adalah seorang wartawan investigatif yang baru saja kehilangan pekerjaannya setelah mewawancarai pemilik perusahaan Life Foundation, Carlton Drake. Eddie mencurigai malpraktik Life Foundation yang bereksperimen menyatukan manusia dengan entitas dari luar angkasa yang disebut dengan simbiot. Namun dalam penyelidikannya, Eddie secara tidak sengaja bersatu dengan simbiot bernama Venom. Kini dengan alter-ego barunya, "mereka" harus bekerja sama untuk menggagalkan usaha Carlton Drake yang ingin mengirim seluruh simbiot untuk membinasakan manusia di bumi.
Setelah menjual hak cipta karakter Spider-Man ke Marvel, kini Sony/Columbia berusaha untuk menghidupkan Spider-Man Universe mereka ke layar lebar. Kisah Venom ini jelas akan berada di luar Marvel Cinematic Universe, dan berusaha untuk menjadi franchise baru dengan karakter anti-hero. Satu-satunya hal yang membuat gue semangat untuk nonton Venom adalah kehadiran Tom Hardy - yang lagi-lagi harus merelakan wajahnya ditutupi topeng. Tidak sia-sia memang, karena penampilan brilian Tom Hardy benar-benar menyelamatkan film ini dari beberapa kekurangannya.
Yang patut diacungi jempol adalah Venom - meski trailernya menyuguhkan atmosfer yang gelap - ternyata tidak lupa menyajikan elemen lelucon yang berhasil membuat gue tertawa terbahak-bahak. Apalagi kalau lelucon itu datang dari seorang Tom Hardy yang biasanya tampil serius. Untuk urusan atmosfer gelap tetapi sanggup diimbangi dengan lelucon ini ya sudah tidak perlu lah ya kita bandingkan dengan "universe toko sebelah". Pastinya, Sony/Columbia telah belajar banyak dari genre superheroes yang rasanya sudah over-saturated ini.
Sayangnya, menurut gue cara bercerita yang dibawakan dalam Venom ini masih jatuh dalam kategori lazy writing. Setiap motivasi yang ada dalam karakter digambarkan jauh lebih instan ketimbang mie pedas samyang. Satu yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah motivasi salah satu simbiot yang memutuskan untuk tetap tinggal di bumi. Hal lain yang bikin gue nggak habis pikir adalah perusahaan yang mampu membuat roket ke luar angkasa tapi tidak pernah berpikir untuk memasang CCTV di dalam laboratorium yang penuh dengan hal eksperimental mereka.
Secara keseluruhan, film Venom bisa saja menghibur. Desain karakternya memang keren, dan pujian ini harus diarahkan pada penciptanya Stan Lee - yang lagi-lagi harus muncul dalam cameo di film ini. Pembawaan (dan suara) Tom Hardy jelas keren dan tidak mengecewakan. Bahkan termasuk memberikan kecerahan luar biasa dalam film ini. Tapi ya sayangnya film anti-hero ini harus jatuh dalam gaya bercerita yang klise dan stereotipikal Hollywood yang malas.
USA | 2018 | Action / Superheroes | 112 mins | Scope Aspect Ratio 2.39 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 2 Oktober 2018 -
Scene During Credits? Yes
Scene After Credits? Yes
----------------------------------------------------------
Eddie Brock adalah seorang wartawan investigatif yang baru saja kehilangan pekerjaannya setelah mewawancarai pemilik perusahaan Life Foundation, Carlton Drake. Eddie mencurigai malpraktik Life Foundation yang bereksperimen menyatukan manusia dengan entitas dari luar angkasa yang disebut dengan simbiot. Namun dalam penyelidikannya, Eddie secara tidak sengaja bersatu dengan simbiot bernama Venom. Kini dengan alter-ego barunya, "mereka" harus bekerja sama untuk menggagalkan usaha Carlton Drake yang ingin mengirim seluruh simbiot untuk membinasakan manusia di bumi.
Setelah menjual hak cipta karakter Spider-Man ke Marvel, kini Sony/Columbia berusaha untuk menghidupkan Spider-Man Universe mereka ke layar lebar. Kisah Venom ini jelas akan berada di luar Marvel Cinematic Universe, dan berusaha untuk menjadi franchise baru dengan karakter anti-hero. Satu-satunya hal yang membuat gue semangat untuk nonton Venom adalah kehadiran Tom Hardy - yang lagi-lagi harus merelakan wajahnya ditutupi topeng. Tidak sia-sia memang, karena penampilan brilian Tom Hardy benar-benar menyelamatkan film ini dari beberapa kekurangannya.
Yang patut diacungi jempol adalah Venom - meski trailernya menyuguhkan atmosfer yang gelap - ternyata tidak lupa menyajikan elemen lelucon yang berhasil membuat gue tertawa terbahak-bahak. Apalagi kalau lelucon itu datang dari seorang Tom Hardy yang biasanya tampil serius. Untuk urusan atmosfer gelap tetapi sanggup diimbangi dengan lelucon ini ya sudah tidak perlu lah ya kita bandingkan dengan "universe toko sebelah". Pastinya, Sony/Columbia telah belajar banyak dari genre superheroes yang rasanya sudah over-saturated ini.
Sayangnya, menurut gue cara bercerita yang dibawakan dalam Venom ini masih jatuh dalam kategori lazy writing. Setiap motivasi yang ada dalam karakter digambarkan jauh lebih instan ketimbang mie pedas samyang. Satu yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah motivasi salah satu simbiot yang memutuskan untuk tetap tinggal di bumi. Hal lain yang bikin gue nggak habis pikir adalah perusahaan yang mampu membuat roket ke luar angkasa tapi tidak pernah berpikir untuk memasang CCTV di dalam laboratorium yang penuh dengan hal eksperimental mereka.
Secara keseluruhan, film Venom bisa saja menghibur. Desain karakternya memang keren, dan pujian ini harus diarahkan pada penciptanya Stan Lee - yang lagi-lagi harus muncul dalam cameo di film ini. Pembawaan (dan suara) Tom Hardy jelas keren dan tidak mengecewakan. Bahkan termasuk memberikan kecerahan luar biasa dalam film ini. Tapi ya sayangnya film anti-hero ini harus jatuh dalam gaya bercerita yang klise dan stereotipikal Hollywood yang malas.
USA | 2018 | Action / Superheroes | 112 mins | Scope Aspect Ratio 2.39 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 2 Oktober 2018 -
Scene During Credits? Yes
Scene After Credits? Yes
Rating Sobekan Tiket Bioskop:
----------------------------------------------------------
- review film venom
- review venom
- venom movie review
- venom film review
- resensi film venom
- resensi venom
- ulasan venom
- ulasan film venom
- sinopsis film venom
- sinopsis venom
- cerita venom
- jalan cerita venom
Komentar
Posting Komentar