Dunkirk
"With carefully crafted genius storytelling, Dunkirk is high intense drama war which immersively captured collective emotions on screen"
26 Mei 1940, tentara gabungan Sekutu terkepung di utara Perancis oleh pasukan Nazi yang dalam hitungan hari akan menaklukkan Perancis. Terjebak di pantai Dunkirk, 300 ribu tentara Sekutu terjebak di antara Nazi Jerman dan lautan - padahal tanah Inggris hanya berjarak di depan mata. Proses evakuasi dalam kode Operation Dynamo pun dilakukan untuk menjemput para serdadu di tanah Perancis. Belasan kapal perang dan puluhan kapal nelayan yang membantu proses evakuasi menjadi titik sejarah heroisme baru, di mana satu kemunduran bukan berarti kekalahan mutlak.
Kita mengenal pendaratan Normandy yang epik lewat Steven Spielberg, kita juga mengenal peperangan sengit Iwo Jima lewat Clint Eastwood. Sekarang, proses evakuasi Dunkirk telah dimiliki sepenuhnya oleh Christopher Nolan - dengan ciri khasnya sendiri. Anda pasti akan tahu bahwa kisah sejarah perang yang difilmkan oleh seorang Christopher Nolan pasti akan berbeda sendiri, seperti film-filmnya terdahulu mulai dari adaptasi komik pahlawan super, psikologi mimpi, hingga fiksi ilmiah. Hasilnya adalah, film bertema Perang Dunia Ke-2 tidak pernah se-epik dan se-dramatis ini.
Berangkat dari hasil penelitian langsung dari para penyintas dari evakuasi Dunkirk, Christopher Nolan menulis naskahnya sendiri - kali ini tanpa bantuan dari adiknya, Jonathan Nolan. Dari deretan hasil penelitian tersebut dia menemukan inkonsistensi dari para narasumbernya. Bahkan cerita mengenai satu hal, ada beberapa sudut pandang yang berbeda dan cenderung tidak konsisten tergantung subjektifitas masing-masing. Dari hal ini, Nolan menuangkan kisah Dunkirk ke dalam tiga sudut pandang yang berbeda, dan dalam jangka waktu yang berbeda. Yes, bukan Nolan namanya kalau gaya berceritanya akan tegak lurus linear, so please do expect some non-linear storytelling.
Gaya bercerita semacam ini bisa dibilang plot device gimmick biasa, tetapi creative storytelling is indeed genius storytelling. Tiga sudut pandang di mana masing-masing menceritakan satu minggu, satu hari, dan satu jam yang kemudian ketigannya saling bersilangan di satu momen jelas menjadi gaya bercerita yang cerdas dan telah ditata dengan hati-hati sedemikian rupa. Sebuah gaya bercerita yang jenius, mengingat yang ditangani adalah kisah fakta yang bisa sangat mudah untuk jadi membosankan. Penceritaan ini pun dibungkus dengan scoring konstan sepanjang film hasil synthesizer suara detik jam, yang langsung menaikkan tensi adegan sejak menit pertama. Ketegangan yang sudah dinaikkan sejak menit pertama itu dipertahankan secara konsisten, untuk kemudian dimaksimalkan dengan luar biasa dalam adegan klimaks yang fenomenal itu.
Tidak seperti film-film terdahulunya, perkembangan setiap karakter tidak terlalu dieksplorasi dalam Dunkirk. Mungkin ini adalah unsur yang disengaja, mengingat sudah cukup banyak cara bercerita film perang yang mengambil sudut pandang dari satu karakter kemudian dieksplorasi luar dalam. Di Dunkirk, yang ditonjolkan bukanlah satu-dua karakter, melainkan kelompok besar orang yang saling berbagi emosi yang sama; tidak berdaya dan keinginan untuk bertahan hidup. Collective emotion ini yang diangkat dengan sangat brilian, sehingga tak jarang penonton bisa merasakan betapa gelap dan depresifnya atmosfer film yang ada di layar.
Namun semua itu akan terbayar secara brilian lewat akhir film yang heroik. Sebuah akhir film yang semua orang bisa mengetahuinya dari laman Wikipedia, tetapi digambarkan dengan dramatis dan menghangatkan hati. Efek seusai menonton Dunkirk memang paralel dengan after-effect dari Interstellar (2014) atau Inception (2011), tetapi tidak serumit itu. Paling maksimal hanya mencoba merangkai gaya berceritanya yang non-linear. Setelah itu, godaan untuk mengalami film ini untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya akan muncul.
USA | 2017 | Action / History / War | 106 mins | IMAX Aspect Ratio 1.90 : 1 / Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 18 Juli 2017 -
----------------------------------------------------------
26 Mei 1940, tentara gabungan Sekutu terkepung di utara Perancis oleh pasukan Nazi yang dalam hitungan hari akan menaklukkan Perancis. Terjebak di pantai Dunkirk, 300 ribu tentara Sekutu terjebak di antara Nazi Jerman dan lautan - padahal tanah Inggris hanya berjarak di depan mata. Proses evakuasi dalam kode Operation Dynamo pun dilakukan untuk menjemput para serdadu di tanah Perancis. Belasan kapal perang dan puluhan kapal nelayan yang membantu proses evakuasi menjadi titik sejarah heroisme baru, di mana satu kemunduran bukan berarti kekalahan mutlak.
Kita mengenal pendaratan Normandy yang epik lewat Steven Spielberg, kita juga mengenal peperangan sengit Iwo Jima lewat Clint Eastwood. Sekarang, proses evakuasi Dunkirk telah dimiliki sepenuhnya oleh Christopher Nolan - dengan ciri khasnya sendiri. Anda pasti akan tahu bahwa kisah sejarah perang yang difilmkan oleh seorang Christopher Nolan pasti akan berbeda sendiri, seperti film-filmnya terdahulu mulai dari adaptasi komik pahlawan super, psikologi mimpi, hingga fiksi ilmiah. Hasilnya adalah, film bertema Perang Dunia Ke-2 tidak pernah se-epik dan se-dramatis ini.
Berangkat dari hasil penelitian langsung dari para penyintas dari evakuasi Dunkirk, Christopher Nolan menulis naskahnya sendiri - kali ini tanpa bantuan dari adiknya, Jonathan Nolan. Dari deretan hasil penelitian tersebut dia menemukan inkonsistensi dari para narasumbernya. Bahkan cerita mengenai satu hal, ada beberapa sudut pandang yang berbeda dan cenderung tidak konsisten tergantung subjektifitas masing-masing. Dari hal ini, Nolan menuangkan kisah Dunkirk ke dalam tiga sudut pandang yang berbeda, dan dalam jangka waktu yang berbeda. Yes, bukan Nolan namanya kalau gaya berceritanya akan tegak lurus linear, so please do expect some non-linear storytelling.
Gaya bercerita semacam ini bisa dibilang plot device gimmick biasa, tetapi creative storytelling is indeed genius storytelling. Tiga sudut pandang di mana masing-masing menceritakan satu minggu, satu hari, dan satu jam yang kemudian ketigannya saling bersilangan di satu momen jelas menjadi gaya bercerita yang cerdas dan telah ditata dengan hati-hati sedemikian rupa. Sebuah gaya bercerita yang jenius, mengingat yang ditangani adalah kisah fakta yang bisa sangat mudah untuk jadi membosankan. Penceritaan ini pun dibungkus dengan scoring konstan sepanjang film hasil synthesizer suara detik jam, yang langsung menaikkan tensi adegan sejak menit pertama. Ketegangan yang sudah dinaikkan sejak menit pertama itu dipertahankan secara konsisten, untuk kemudian dimaksimalkan dengan luar biasa dalam adegan klimaks yang fenomenal itu.
Tidak seperti film-film terdahulunya, perkembangan setiap karakter tidak terlalu dieksplorasi dalam Dunkirk. Mungkin ini adalah unsur yang disengaja, mengingat sudah cukup banyak cara bercerita film perang yang mengambil sudut pandang dari satu karakter kemudian dieksplorasi luar dalam. Di Dunkirk, yang ditonjolkan bukanlah satu-dua karakter, melainkan kelompok besar orang yang saling berbagi emosi yang sama; tidak berdaya dan keinginan untuk bertahan hidup. Collective emotion ini yang diangkat dengan sangat brilian, sehingga tak jarang penonton bisa merasakan betapa gelap dan depresifnya atmosfer film yang ada di layar.
Namun semua itu akan terbayar secara brilian lewat akhir film yang heroik. Sebuah akhir film yang semua orang bisa mengetahuinya dari laman Wikipedia, tetapi digambarkan dengan dramatis dan menghangatkan hati. Efek seusai menonton Dunkirk memang paralel dengan after-effect dari Interstellar (2014) atau Inception (2011), tetapi tidak serumit itu. Paling maksimal hanya mencoba merangkai gaya berceritanya yang non-linear. Setelah itu, godaan untuk mengalami film ini untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya akan muncul.
Rating:
USA | 2017 | Action / History / War | 106 mins | IMAX Aspect Ratio 1.90 : 1 / Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 18 Juli 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film dunkirk
- review dunkirk
- dunkirk movie review
- dunkirk film review
- resensi film dunkirk
- resensi dunkirk
- ulasan dunkirk
- ulasan film dunkirk
- sinopsis film dunkirk
- sinopsis dunkirk
- cerita dunkirk
- jalan cerita dunkirk
busyettt... jadi penonton pertamax nih.... ngiri!
BalasHapusSangat menegangkan dan emosional film ini, keren banget, pasti nonton lg besok
BalasHapus