The Mummy
"Sebagai film pembuka dari cinematic universe berisi dewa-dewa dan monster-monster, The Mummy memberikan hiburan mata dan telinga maksimal meski kehilangan potensi bercerita dan efek horor"
Sebuah sarkofagus dari Mesir ditemukan di tanah Irak oleh militer AS. Nick Morton beserta arkeolog Jenny Halsey yang mengawal pemindahan sarkofagus tersebut, jatuh dalam kecelakaan pesawat di Inggris. Mumi yang ada dalam sarkofagus itu pun bangkit dan meneror dunia yang kita kenal lewat ritual kunonya untuk menghidupkan Dewa Kematian Mesir. Nick dan Jenny harus menggunakan segala cara untuk menggagalkan ritual kuno Mesir tersebut.
The Mummy versi Tom Cruise ini adalah film pertama dari cinematic universe yang sedang dibangun oleh Universal Pictures, yang disebut dengan Dark Universe. Tidak ingin ketinggalan dari Disney lewat Marvel Cinematic Universe dan Warner Bros dengan DC Cinematic Universe, Dark Universe ini ingin mengangkat kembali koleksi film horor lawas dari Universal Pictures. Sebut saja Frankenstein, Phantom of the Opera, The Black Lagoon, The Wolfman, The Invincible Man, The Wolfman hingga Dracula. Yup, The Mummy adalah awal dari konon delapan film yang akan saling berhubungan dalam cinematic universe berisi dewa-dewa dan monster-monster ini.
Tidak tanggung-tanggung, Universal Pictures membawa bintang A-Class dalam proyek besarnya ini seperti Tom Cruise yang jelas menambah stok franchise filmnya. Hadirnya Tom Cruise memang sukses mengangkat gengsi merek dagang The Mummy yang sebelumnya disukseskan oleh Brendan Fraiser. Namun sayang, nama besarnya tidak didukung oleh eksekusi film yang apik dan rapi. The Mummy memang sangat menarik lewat hiburan mata dan telinganya, tetapi sayangnya cukup kebingungan dalam alur penceritaannya.
Lewat efek CGI yang tidak perlu diragukan lagi dan deretan adegan aksi yang memang sangat menegangkan, film ini sangat menghibur. Apalagi ada adegan yang rasanya melengkapi catatan karir Tom Cruise dengan pesawat terbang, yang kali ini tidak kalah menegangkannya dengan adegan dalam Rogue Nation (2015). Cerita yang dibawakan pun sangat potensial untuk menjadi menarik; cerita fiksi yang diangkat dari mitos-mitos Mesir dan pasukan Salib. Apalagi kita dikenalkan dengan organisasi rahasia Prodigia yang fokus untuk menemukan dan menghancurkan monster yang ada di dunia. Harus diakui, alur ceritanya adalah angin segar dan seakan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Apalagi lewat pilihan ending yang ada, meski jelas ini adalah jembatan untuk film-film selanjutnya.
Namun semua itu dieksekusi secara terburu-buru dan tidak rapi oleh sutradara yang rekam jejaknya baru menangani satu film drama komedi People Like Us (2012). Apakah film ini terlalu "besar" bagi sutradara Alex Kurtzman yang menganggung beban untuk set up cinematic universe baru nan megah? Yang jelas, gaya berceritanya sangat terburu-buru dan tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk literally beristirahat menarik nafas. Selain itu, masalah terbesar adalah efek horor yang bisa dibilang tidak ada dalam film yang digadang-gadang sebagai pembuka dari Dark Universe - yang seyogianya adalah universe dengan film-film horor yang menakutkan. Kalau ada cinematic universe yang membuat ulang film-film horor lawas, jelas harus ada efek horor yang signifikan. Sayangnya, The Mummy sebegitu inginnya menyaingi Marvel dan DC sehingga alih-alih menyajikan horor, malah memperkenalkan superhero yang diperankan oleh Tom Cruise.
USA | 2017 | Action / Cinematic Universe / Fantasy | 110 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Scene During Credits? Tidak
Scene After Credits? Tidak
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 7 Juni 2017 -
----------------------------------------------------------
Sebuah sarkofagus dari Mesir ditemukan di tanah Irak oleh militer AS. Nick Morton beserta arkeolog Jenny Halsey yang mengawal pemindahan sarkofagus tersebut, jatuh dalam kecelakaan pesawat di Inggris. Mumi yang ada dalam sarkofagus itu pun bangkit dan meneror dunia yang kita kenal lewat ritual kunonya untuk menghidupkan Dewa Kematian Mesir. Nick dan Jenny harus menggunakan segala cara untuk menggagalkan ritual kuno Mesir tersebut.
The Mummy versi Tom Cruise ini adalah film pertama dari cinematic universe yang sedang dibangun oleh Universal Pictures, yang disebut dengan Dark Universe. Tidak ingin ketinggalan dari Disney lewat Marvel Cinematic Universe dan Warner Bros dengan DC Cinematic Universe, Dark Universe ini ingin mengangkat kembali koleksi film horor lawas dari Universal Pictures. Sebut saja Frankenstein, Phantom of the Opera, The Black Lagoon, The Wolfman, The Invincible Man, The Wolfman hingga Dracula. Yup, The Mummy adalah awal dari konon delapan film yang akan saling berhubungan dalam cinematic universe berisi dewa-dewa dan monster-monster ini.
Tidak tanggung-tanggung, Universal Pictures membawa bintang A-Class dalam proyek besarnya ini seperti Tom Cruise yang jelas menambah stok franchise filmnya. Hadirnya Tom Cruise memang sukses mengangkat gengsi merek dagang The Mummy yang sebelumnya disukseskan oleh Brendan Fraiser. Namun sayang, nama besarnya tidak didukung oleh eksekusi film yang apik dan rapi. The Mummy memang sangat menarik lewat hiburan mata dan telinganya, tetapi sayangnya cukup kebingungan dalam alur penceritaannya.
Lewat efek CGI yang tidak perlu diragukan lagi dan deretan adegan aksi yang memang sangat menegangkan, film ini sangat menghibur. Apalagi ada adegan yang rasanya melengkapi catatan karir Tom Cruise dengan pesawat terbang, yang kali ini tidak kalah menegangkannya dengan adegan dalam Rogue Nation (2015). Cerita yang dibawakan pun sangat potensial untuk menjadi menarik; cerita fiksi yang diangkat dari mitos-mitos Mesir dan pasukan Salib. Apalagi kita dikenalkan dengan organisasi rahasia Prodigia yang fokus untuk menemukan dan menghancurkan monster yang ada di dunia. Harus diakui, alur ceritanya adalah angin segar dan seakan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Apalagi lewat pilihan ending yang ada, meski jelas ini adalah jembatan untuk film-film selanjutnya.
Namun semua itu dieksekusi secara terburu-buru dan tidak rapi oleh sutradara yang rekam jejaknya baru menangani satu film drama komedi People Like Us (2012). Apakah film ini terlalu "besar" bagi sutradara Alex Kurtzman yang menganggung beban untuk set up cinematic universe baru nan megah? Yang jelas, gaya berceritanya sangat terburu-buru dan tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk literally beristirahat menarik nafas. Selain itu, masalah terbesar adalah efek horor yang bisa dibilang tidak ada dalam film yang digadang-gadang sebagai pembuka dari Dark Universe - yang seyogianya adalah universe dengan film-film horor yang menakutkan. Kalau ada cinematic universe yang membuat ulang film-film horor lawas, jelas harus ada efek horor yang signifikan. Sayangnya, The Mummy sebegitu inginnya menyaingi Marvel dan DC sehingga alih-alih menyajikan horor, malah memperkenalkan superhero yang diperankan oleh Tom Cruise.
USA | 2017 | Action / Cinematic Universe / Fantasy | 110 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Scene During Credits? Tidak
Scene After Credits? Tidak
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 7 Juni 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film the mummy
- review the mummy
- the mummy movie review
- resensi film the mummy
- resensi the mummy
- ulasan the mummy
- ulasan film the mummy
- sinopsis film the mummy
- sinopsis the mummy
- cerita the mummy
- jalan cerita the mummy
Komentar
Posting Komentar