Julia's Eyes
Sobekan tiket bioskop tertanggal 20 Mei 2011 adalah Julia's Eyes (Los Ojos de Julia). Film ini digadang-gadang sebagai film terbaru yang diproduseri oleh Guillermo del Toro. Entah mengapa, nama del Toro begitu ditekankan dalam setiap promosi film ini. Entah sejauh apa keterlibatan del Toro, namun sepertinya kisah yang dia persembahkan ke dunia perfilman selalu menarik dengan ruang gerak imajinasi yang liar dan penggambaran makhluk-makhluk aneh yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Julia dan saudara kembarnya, Sara memiliki penyakit degeneratif dimana kemampuan penglihatannya semakin lama semakin berkurang hingga menjadi buta. Ketika Sara ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri, Julia bersikeras bahwa tindakan kembarannya tersebut bukanlah tindakan bunuh diri seperti apa yang menjadi hasil investigasi polisi. Dikelilingi oleh orang-orang yang skeptis dan tidak percaya kepadanya, Julia harus berpacu dengan waktu untuk menyelidiki apa yang ada di balik kematian Sara sebelum penglihatannya benar-benar hilang.
Nama Guillermo del Toro yang ditekankan dalam komersialisasi film ini ("Guillermo del Toro presents") bisa membawa keuntungan dan kerugian tersendiri. Keuntungan yang dapat menarik sebanyak-banyaknya penonton yang telah mengetahui reputasi sineas ini, namun kerugian ketika penonton yang berharap banyak akan kehadiran namanya menemukan bahwa ternyata film ini dibawah ekspektasi mereka. Tapi mari fokus kepada sutradara sekaligus penulis naskah dalam film ini, Guillem Morales, dimana film ini adalah film panjang kedua yang ia sutradarai. Ide cerita yang disajikan memang cukup menarik meskipun tidak terlalu orisinil (ingat film Hong Kong, The Eye 2002). Suspense thriller yang disajikan pun memang cukup menegangkan dan berhasil menipiskan garis batas antara realita dengan fantasi. Namun sayang petunjuk-petunjuk yang dihadirkan terasa terlalu mudah sehingga akhir cerita dapat diprediksi, meskipun ada beberapa adegan yang disajikan Morales untuk membuat penonton kembali mempertanyakan prediksi awal tersebut. Penonton yang berharap banyak untuk dapat ketakutan dan jejeritan seperti halnya dalam Insidious (2011) jelas harus menurunkan ekspektasinya. Namun memang ada adegan yang dapat membuat tangan mengepal kuat sambil alis mengernyit miris dan ada pula adegan yang membuat mulut terngaga selama beberapa detik.
Gaya sinematografi yang digunakan pun cukup menarik. Penonton dibuat seakan-akan mengalami pandangan seperti apa yang dilihat oleh Julia ketika kedua matanya berkurang daya penglihatannya. Belum lagi ketika Julia menyadari adanya kehadiran sesuatu didekatnya, dan didukung oleh sound effect yang mengagetkan. Permainan efek suara ini seperti menjadi mainan tersendiri dalam film ini, seperti yang kita tahu ketika kita kehilangan kemampuan satu indera maka kemampuan indera lain akan meningkat seperti indera pendengaran. Peningkatan indera pendengaran ini yang dimanfaatkan dengan baik oleh Morales dengan meningkatkan volume efek suara sampai batas maksimal, dan trik ini terbilang cukup sukses untuk menempatkan penonton dalam sepatu Julia. Meningkatnya ketegangan dalam perjalanan cerita film ini pun benar-benar mencapai puncaknya pada klimaks yang dieksekusi secara brilian. Namun sayang ada adegan yang mengingatkan penonton yang pernah menonton film horor Thailand yang fenomenal, Shutter (2004).
Beberapa tahun belakangan ini, sinema Spanyol memang sedang naik daun melihat bagaimana beberapa film mereka mampu menembus pasar internasional khususnya dalam genre horror dan thriller. Fenomena ini dimanfaatkan dengan baik oleh para sineas Spanyol untuk mempertahankan gambaran akan dunia perfilman mereka yang memang menyimpan banyak talenta. Belen Rueda membuktikan kematangan aktingnya dalam memerankan Julia, sekaligus memerankan saudara kembarnya walaupun hanya beberapa scene saja. Kepanikan Julia ketika menyadari kehadiran asing di sekitarnya, khususnya ketika daya penglihatannya berkurang terasa natural dan sesekali membangunkan bulu kuduk penonton. Rueda berhasil menggambarkan dinamika kondisi mental dan psikologis seorang dewasa yang perlahan-lahan menjadi buta, ditambah dengan misteri yang harus dia kuak demi saudara kembarnya. Keadaan Julia yang terlihat paranoid tentang adanya seseorang yang mengawasi kegiatannya secara diam-diam, seakan membuat penonton beberapa kali menoleh ke belakang untuk "mengecek" setelah selesai menonton film ini. Perasaan paranoid inilah yang berhasil ditularkan oleh Rueda kepada penontonnya, yang melihat bagaimana logisnya ada seseorang dalam gelap yang mengawasi setiap kegiatan kita.
Dalam genre thriller, film ini kurang bisa menjadi film yang akan selalu dikenang oleh penontonnya (kecuali adegan yang "satu itu"). Sayang pula melihat nama del Toro yang digembor-gemborkan untuk mendongkrak popularitas film ini. Tapi bagi penikmat film mysterious-thriller, film ini bisa menjadi tambahan referensi.
Rating?
7 dari 10
Julia dan saudara kembarnya, Sara memiliki penyakit degeneratif dimana kemampuan penglihatannya semakin lama semakin berkurang hingga menjadi buta. Ketika Sara ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri, Julia bersikeras bahwa tindakan kembarannya tersebut bukanlah tindakan bunuh diri seperti apa yang menjadi hasil investigasi polisi. Dikelilingi oleh orang-orang yang skeptis dan tidak percaya kepadanya, Julia harus berpacu dengan waktu untuk menyelidiki apa yang ada di balik kematian Sara sebelum penglihatannya benar-benar hilang.
Nama Guillermo del Toro yang ditekankan dalam komersialisasi film ini ("Guillermo del Toro presents") bisa membawa keuntungan dan kerugian tersendiri. Keuntungan yang dapat menarik sebanyak-banyaknya penonton yang telah mengetahui reputasi sineas ini, namun kerugian ketika penonton yang berharap banyak akan kehadiran namanya menemukan bahwa ternyata film ini dibawah ekspektasi mereka. Tapi mari fokus kepada sutradara sekaligus penulis naskah dalam film ini, Guillem Morales, dimana film ini adalah film panjang kedua yang ia sutradarai. Ide cerita yang disajikan memang cukup menarik meskipun tidak terlalu orisinil (ingat film Hong Kong, The Eye 2002). Suspense thriller yang disajikan pun memang cukup menegangkan dan berhasil menipiskan garis batas antara realita dengan fantasi. Namun sayang petunjuk-petunjuk yang dihadirkan terasa terlalu mudah sehingga akhir cerita dapat diprediksi, meskipun ada beberapa adegan yang disajikan Morales untuk membuat penonton kembali mempertanyakan prediksi awal tersebut. Penonton yang berharap banyak untuk dapat ketakutan dan jejeritan seperti halnya dalam Insidious (2011) jelas harus menurunkan ekspektasinya. Namun memang ada adegan yang dapat membuat tangan mengepal kuat sambil alis mengernyit miris dan ada pula adegan yang membuat mulut terngaga selama beberapa detik.
Gaya sinematografi yang digunakan pun cukup menarik. Penonton dibuat seakan-akan mengalami pandangan seperti apa yang dilihat oleh Julia ketika kedua matanya berkurang daya penglihatannya. Belum lagi ketika Julia menyadari adanya kehadiran sesuatu didekatnya, dan didukung oleh sound effect yang mengagetkan. Permainan efek suara ini seperti menjadi mainan tersendiri dalam film ini, seperti yang kita tahu ketika kita kehilangan kemampuan satu indera maka kemampuan indera lain akan meningkat seperti indera pendengaran. Peningkatan indera pendengaran ini yang dimanfaatkan dengan baik oleh Morales dengan meningkatkan volume efek suara sampai batas maksimal, dan trik ini terbilang cukup sukses untuk menempatkan penonton dalam sepatu Julia. Meningkatnya ketegangan dalam perjalanan cerita film ini pun benar-benar mencapai puncaknya pada klimaks yang dieksekusi secara brilian. Namun sayang ada adegan yang mengingatkan penonton yang pernah menonton film horor Thailand yang fenomenal, Shutter (2004).
gambar diambil dari sini |
Dalam genre thriller, film ini kurang bisa menjadi film yang akan selalu dikenang oleh penontonnya (kecuali adegan yang "satu itu"). Sayang pula melihat nama del Toro yang digembor-gemborkan untuk mendongkrak popularitas film ini. Tapi bagi penikmat film mysterious-thriller, film ini bisa menjadi tambahan referensi.
Rating?
7 dari 10
Komentar
Posting Komentar