Panggil Aku Ayah - Ulasan


Sinopsis

Panggil Aku Ayah (2025) adalah film drama-komedi keluarga Indonesia karya sutradara Benni Setiawan yang mengangkat tema bahwa keluarga sejati bukan soal ikatan darah, melainkan kehadiran dan kasih sayang. Diadaptasi dari film Korea, Pawn (2020), cerita ini mengikuti Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), dua debt collector yang tiba‑tiba mengasuh Intan kecil (Myesha Lin) sebagai jaminan utang saat ibunya pergi kerja sebagai TKI. Awalnya penuh kekakuan dan ketegangan, hubungan mereka berubah menjadi ikatan emosional yang kuat sepanjang bertahun‑tahun termasuk saat Intan dewasa diperankan oleh Tissa Biani. Dengan balutan nostalgia era 90‑an, humor ringan, dan momen haru penuh pesan moral, Panggil Aku Ayah jadi pilihan tepat untuk penonton yang mencari film keluarga penuh makna dan inspiratif.

Ulasan

Gue belum nonton film Pawn, jadi sisi positifnya gue nggak punya ekspektasi apapun untuk nonton film Panggil Aku Ayah, selain ini adalah film mengandung aroma bawang yang kuat. Benar saja, belum ada 30 menit duduk di kursi bioskop, air mata gue sudah basah menggenang lantaran lagu Tegar milik Rossa berkumandang di layar bioskop. Ditambah kelanjutan kisah antara Intan/Pacil dengan dua pengasuh dewasanya, film ini memang kurang ajar dalam memeras air mata penontonnya.


Tipikal film seperti ini sangat bergantung pada aktris ciliknya, dan Myesha Lin benar-benar berhasil mengikat hati penonton. Kepolosan dan keimutannya sebagai Pacil jelas sangat mudah mengundang simpati penonton. Ditambah chemistry-nya dengan Ringgo Agus Rahman yang memang selalu berhasil memerankan peran ayah yang sabar dan empatik. Tapi film mengandung bawang ini menang besar lewat deretan komedi yang diberikan oleh Boris Bokir. Setiap leluconnya berhasil mengundang tawa dan jadi penyeimbang ketika air mata mengalir di pipi.

Panggil Aku Ayah adalah satu lagi film drama keluarga yang menggambarkan betapa pentingnya hubungan keluarga tanpa ikatan darah. Ini adalah fenomena yang umum ketika keluarga dengan ikatan darah absen dari tumbuh kembang anak. Jika ada relasi tanpa ikatan darah yang jadi substitusi dan berjalan dengan baik, maka tumbuh kembang anak pun akan mengikuti sisi positifnya.


Untuk film adaptasi, Panggil Aku Ayah jelas mengundang dua jempol untuk adaptasi ke dalam budaya Indonesia, khususnya budaya Sunda. Setiap lekuk plot dan kisahnya benar-benar detil dan bersih dari unsur Korea Selatan, jadi benar-benar menyatu dengan budaya Sunda dan Indonesia. Tapi sayangnya hal ini tidak berlaku untuk formula plot yang penuh tragedi bertubi-tubi. Setidaknya di 1/4 terakhir film gue merasa menyerah dengan tragedi yang datang silih berganti tanpa ampun, sangat khas film Korea Selatan. Meski mungkin saja tragedi bertubi-tubi ini cocok untuk penonton emak-emak.




Kesimpulan

Sebagai tontonan, Panggil Aku Ayah sukses memainkan emosi penontonnya, terutama untuk yang gampang tersentuh sama tema keluarga dan pengasuhan. Meski di akhir terasa sedikit kelewat nendang dengan deretan tragedi yang datang seperti ombak, film ini tetap layak diapresiasi karena niat baik dan eksekusinya yang rapi. Gue sih tetap merasa puas karena film ini tahu betul cara bikin penonton merasa hangat sekaligus remuk redam. Jadi buat yang lagi cari tontonan buat nangis rame-rame bareng keluarga atau pasangan, film ini bisa banget jadi pilihan.

Skor Sobekan Tiket Bioskop: 3/5
Cocok untuk: penikmat film tear-jerker, khususnya bertema anak perempuan dan ayah




Genre: Drama, Keluarga
Asal: Indonesia
Durasi: 2j
Sutradara: Benni Setiawan
Penulis Naskah: Rifki Ardisha
Pemain: Ringgo Agus Rahman, Boris Bokir, Myesha Lin

- sobekan tiket bioskop tanggal 3 Agustus 2025 -

Komentar