Gadis Kretek - Series Review
Lewat serial Gadis Kretek, kita jadi tahu dan mengalami, kaya gini toh nonton hasil karya yang dibuat dengan hati dan idealisme. Kualitasnya terbaik dari bahan baku sampai barang jadi, sama seperti kualitas Kretek Gadis dari tembakau, cengkeh, mawar, saus, sampai jadi kretek 👌🏼
Coba absen dulu siapa yang ga pernah skip intro di setiap episodenya? Pas baca cast and crew yang terlibat, ini semua yang terbaik di industri film nasional. Hasilnya gambarnya cantik banget, desain produksi detil, warna cantik, pilihan soundtrack meski modern tapi masuk.
Penata musiknya Ricky Lionardi, aransemen scoringnya cakep banget! Kurasi lagu soundtrack juga asyik banget, ga usah didengerin protes netizen yang bilang ga masuk sama jamannya. Belum nonton film-filmnya Sofia Coppola sama Baz Luhrmann aja tuh.
Audio dan visual sudah cantik dan memikat mata dan telinga. Nah dari ceritanya sendiri gue malah suka banget. Ini adalah adaptasi buku yang adil dan apik. Serial dan novelnya punya tujuan yang sama, tapi mengambil jalan yang berbeda. Jadinya masing-masing bisa berdiri sendiri.
Gue baca bukunya suka, karena jalan ceritanya memang terbaik untuk medium tulisan yang penuh romantisasi. Gue nonton serialnya juga suka, karena itu jalan cerita terbaik untuk medium audio visual yang penuh stimulus untuk mata dan telinga.
Gue suka sama palet warna di adegan modern, banyak aksen warna biru di setiap adegan. Mulai dari pintu ruang saus, dinding rumah sakit, taplak meja, sampai setiap kostum Lebas dan Arum. Kenapa biru? Tentu karena mereka representasi generasi kedua, atau "karya" dari Kretek Gadis.
Ngomongin Lebas, gue mau kasih pujian setinggi-tingginya buat Arya Saloka. He's so damn good!!! Gue pernah baca artikel wawancara pas dia lagi tenar-tenarnya karena sinetron Ikatan Cinta. Dia bilang mau maenin karakter yang menantang. Gue tangkep, dia mau lepas dari Aldebaran.
And he did it, so well! Meski mbak Dian jadi maskot serial ini, gue bilang justru Arya Saloka yang membawa roh serial ini dari ep 1 sampai ep 5. Puncaknya di ep 5 yang wow banget aktingnya 👏🏼👏🏼👏🏼 Catet, nama dia bakal banyak dipakai di film-film lain. Asal jangan horor ya 🙏🏼😝
Oya gue mau muji juga kostumnya yang bikin banyak penonton salfok. Udahlah ga perlu bahas "em4ng di t4hun 60an ud4h 4da itu?" Iya ini keputusan artistik, dan hasilnya ciamik! Mulai dari mas mbak di pasar sampai setiap kebaya priyayi, khususnya Jeng Yah beserta aksesorisnya.
Salut buat Hagai Pakan, penata kostumnya. Gue mulai mengagumi karyanya sejak Losmen Bu Broto yang kebetulan banyak karakter pakai kebaya. Kayaknya forte dia di kebaya deh 🤣 Tapi di kostum lain juga oke kok, detil dan subtil. Yang penting membangun cerita, and it works.
Ngomongin perempuan, udah jelas serial ini mau angkat soal ketidakberdayaan perempuan. Dari peran gender aja udah ga berdaya, ditambah pula stigma partai merah - dan ini nyata terjadi. Tanpa spoiler, ini kenapa Arum diakui anaknya "dia" bukan "dia", biar ga kena cap dan sitgma.
Oya sbg pecinta film pendek Tilik, gue bersorak gembira pas cameo "beliau" nongol! Seneng banget gue, kaya bisa nyaingin cameonya Asri Welas 🤣
Yang belum nonton atau belum selesai nonton, yuk disegerakan.
Yang sudah nonton, beberapa bulan ke depan asyik buat ditonton ulang ya?
- ditonton di Netflix -
----------------------------------------------------------
review film gadis kretek
review gadis kretek
gadis kretek movie review
gadis kretek film review
resensi film gadis kretek
resensi gadis kretek
ulasan gadis kretek
ulasan film gadis kretek
sinopsis film gadis kretek
sinopsis gadis kretek
cerita gadis kretek
jalan cerita gadis kretek
Komentar
Posting Komentar