Jojo Rabbit - Review
Film-film bertema Perang Dunia II selalu punya tempat di hati gue, dan sekarang gue seneng banget bisa masukkin Jojo Rabbit ke dalam deretan panjang list ini. Filmnya cantik luar dalam. Gue kira Jojo Rabbit itu punya vibe campuran antara Moonrise Kingdom dan Inglorious Basterds. Tapi ternyata nggak, Jojo Rabbit adalah film yang berdiri sendiri meski gue bisa ngeliat ada beberapa adegan yang ngasih tribute ke Life is Beautiful.
Jojo Rabbit menjual dirinya sebagai film an anti-hate satire, yang ternyata isinya lebih dalam dari itu. Filmnya memang kocak banget dan bikin gue ngakak-ngakak. Tapi setidaknya itu di paruh pertama, demi merebut hati penonton ternyata. Untuk kemudian hati tersebut diremukkan sejadi-jadinya di paruh kedua. Penampilan Roman Griffin Davis sebagai Jojo Beltzer bener-bener penuh kharisma, yang akhirnya Hollywood bisa stop latah make Jacob Tremblay. ScarJo juga gak kalah menonjol, dengan karakter yang sukses bikin gue jatuh hati.
Yang gue suka banget jelas pesan prejudice dan radikalisme yang diangkat di film ini, dengan cara satire yang segar, kocak, dan kelewat jenius. Radikalisme yang mengakar dan tumbuh di balik pikiran anak-anak ini, seringkali isinya cenderung irasional; seperti orang-orang Yahudi itu bertanduk, hidup di goa, dan punya kekuatan mengendalikan pikiran orang lain. Iya pandangan ini tentunya diajarkan dan diturunkan. Sampai akhirnya Jojo bertemu dengan seorang gadis Yahudi yang nyata, dan menentang segala macam prasangka yang sudah mengakar di dalam kepalanya.
Menurut sutradara, penulis naskah, dan pemeran Hitler, Taika Waititi, salah satu cara untuk meleburkan radikalisme dan prasangka adalah dengan membuat jembatan - bukan tembok. Membuka jalur komunikasi untuk saling mengobrol dan bertukar pikiran, adalah cara yang paling sederhana sekaligus paling efektif untuk melunturkan segala macam prasangka - seperti yang terjadi dengan interaksi luar biasa antara Jojo dengan Elsa.
[after she gives him her drawing] Jojo: I said draw where Jews live. This is just a stupid picture of my head. Elsa: Yeah. That’s where we live.
----------------------------------------------------------
review film jojo rabbit
review jojo rabbit
jojo rabbit movie review
jojo rabbit film review
resensi film jojo rabbit
resensi jojo rabbit
ulasan jojo rabbit
ulasan film jojo rabbit
sinopsis film jojo rabbit
sinopsis jojo rabbit
cerita jojo rabbit
jalan cerita jojo rabbit
Komentar
Posting Komentar