The Hangover Part II

The wolfpack is back! Begitu kalimat yang digembor-gemborkan dan sekaligus menjadi tagline untuk The Hangover Part II. Sebuah sekuel hasil komersialisasi para petinggi Hollywood melihat kesuksesan film orisinilnya yang dirilis dua tahun lalu? Mungkin ada kelompok penonton yang ingin melihat aksi gila-gilaan Phil, Stu, dan Alan lagi. Tapi sayang, saya termasuk dalam kelompok penonton yang tidak ingin kehilangan rasa kagum dan cap film komedi terbaik terhadap film orisinilnya dengan menonton sekuelnya.

Phil, Stu, Alan, dan Doug terbang ke Thailand untuk merayakan pernikahan Stu dengan seorang wanita asal negeri Gajah Putih tersebut. Dengan tempat pernikahan di sebuah pulau di selatan Thailand, acara minum satu botol bir semalam sebelum acara pernikahan menjadi awal dari rentetan kejadian gila-gilaan yang dialami oleh Phil, Stu, Alan, dan adik calon pengantin perempuan, Teddy. Pagi berikutnya mereka bangun di sebuah kamar hotel kotor di Bangkok, dengan Phil yang basah kuyup, Stu yang kini memiliki tato di mukanya, dan Alan yang botak plontos, ditambah seekor monyet pintar yang berada bersama mereka. Seketika itu juga mereka sadar bahwa Teddy telah hilang! Pengalaman dua tahun lalu pun terulang kembali, dan kini mereka harus mencari Teddy agar Stu bisa melanjutkan pernikahannya.

Sekuel kedua ini layaknya hasil fotokopi dengan mesin dan kertas yang tidak begitu baik. Plot cerita dan formula elemen kejutan yang mirip total, yang berbeda hanyalah tempat, dinamika cerita, dan karakter diluar ketiga sahabat ini. Las Vegas kota judi dan surga materi diganti dengan Bangkok yang panas, perdagangan obat bius yang merajalela, dan ladyboy. Karakter singa diganti dengan monyet, serta karakter bayi diganti dengan biksu tua. Daftar ini pun dapat terus dilanjutkan tapi apalah artinya jika membocorkan element of surprise yang menjadi kekuatan utama dari franchise ini. Sayangnya, element of surprise yang menjadikan film orisinilnya sukses mendapatkan penghargaan Best Motion Picture in Musical or Comedy dalam Golden Globes 2010, tidak berhasil mengejutkan penonton dalam sekuel ini. Praktis karena sekuel ini menggunakan formula elemen kejutan yang hampir mirip dengan pendahulunya. Apalah artinya sebuah kejutan jika kita telah mengetahui kapan kejutan itu akan datang, walaupun berisi hal yang berbeda.

Kemiripan sekuel ini dengan pendahulunya tidak hanya dari segi elemen kejutan, tapi juga adegan-adegan dari menit awal sampai menit akhir film ini. Mungkin maksud dari Todd Phillips sebagai sutradara sekaligus penulis naskah dalam film ini ingin membuat semacam homage terhadap film orisinilnya. Phillips juga mengakui ingin membuat sekuel ini lebih gila dan lebih gelap daripada pendahulunya. Kualitas kegilaan wolfpack ini memang terlihat lebih gila dan gokil, tapi bukan berarti harus menggunakan pola element of surprise yang sama kan? Banyak dialog-dialog klise macam "I don't believe it's happening again!" beberapa kali diucapkan dalam film ini, yang malah membuat penonton semakin tajam dalam mengingat apa yang terjadi tepat dua tahun lalu (runtutan waktu yang sama juga digunakan dalam film ini).
gambar diambil dari sini
Diluar kemiripan-kemiripannya dengan film orisinilnya, bukan berarti film ini tidak menghibur sama sekali. Karakter-karakter dalam franchise ini masih tampil segar dan mengocok perut. Trio Bradley Cooper, Ed Helms, dan Zach Galifianakis terlihat semakin kompak dengan chemistry yang kuat. Walaupun kepolosan yang kocak dari karakter yang diperankan Galifianakis masih mencuri perhatian penonton, namun hal tersebut tidak membuat akting Cooper dan Helms tenggelam begitu saja. Walaupun humor dan elemen kejutannya mudah tertebak, tapi kekocakan dari Galifianakis tetapi dapat membuat penonton tertawa terbahak-bahak.

Sepertinya Phillips memenuhi permintaan para fans untuk memberikan proporsi peran yang lebih banyak kepada Mr. Chow (Ken Jeong). Selain itu, akan ada cameo dari karakter lain yang muncul di The Hangover (2009). Oya, akan ada Paul Giamatti yang turut meramaikan cast dalam film ini, yang walaupun dengan proporsi sedikit namun kematangan akting Giamatti sanggup menggambarkan karakter yang diperankannya dengan kuat.
gambar diambil dari sini
Jika dalam film pertama penonton menjadi tahu lebih banyak tentang Las Vegas serta tempat-tempat yang khas, maka hal yang sama juga berlaku dalam film kedua ini tentang kota Bangkok. Tempat-tempat khas,  budaya orang Thailand, serta temperatur yang lembab dan panas. Jika ada ungkapan "some people just can't handle Vegas" di Las Vegas, maka di Bangkok ada ungkapan "Bangkok has them".



Rating?
7 dari 10

- sobekan tiket bioskop tertanggal 2 Juni 2011 -

Komentar

  1. asal membaca review dari sobekan bioskop pasti puas...
    penempatan kata2nya bagus..

    salam blogger ^^

    BalasHapus

Posting Komentar